Rempah yang satu ini terbuat dari serutan kayu pohon. Tapi sejak
abad ke-17 sudah diperjual belikan berbagai negara dunia. Rempah yang satu ini
sering digunakan untuk campuran minuman hangat didaerah Yogyakarat. Caesalpinia
sappan L. Atau yang umum disebut dengan kayu secang yang berasal dari Asia
Tenggara dan mudah ditemukan di Indonesia dengan persebaran di pekarangan
daerah jawa dan pegunungan berbatu pada daerah yang tidak terlalu dingin di
sulawesi selatan.
Kayu secang dalam urutn takson makhluk hidup bila di klasifikasikan
dalam kingdom adalah Plantae, divisi adalah Spermatophytax, sub
divisi adalah Angiospermae, kelas adalah Dicolyledonae, bangsa
adalah Resales, suku adalah Cesalpiniaceae, marga adalah Caesalpinia,
spesies adalah Caesalpinia sappan L.
Kayu secang ini memiliki sebutan yang bermacam-macam di setiap
daerahnya diantaranya disebut seupenga (Aceh); sepang (Gayo); Sopang (Batak);
cacang (Minangkabau); secang (Sunda); kayu secang, soga jawa (Jawa); kaju
secang (Madura); cang (Bali); sepang (Sasak); supa; supang (Bima); sepel
(Timor); hape (Sawu); hong (Alor); sepe (Roti); kayu sema (Manado); dolo
(Bare); sapang (Makasar); sepang (Bugis); sefen (Halmahera Selatan); sawala
(hiniaga, sinyiang, singiang (Halmahera Utara); sunyiha (Ternate); roro
(Tidore); sepang merah, sappan wood, bakkum wood,bois de sappan (Perancis), to
moc, cay vang (Vietnam), tainniga
(Burma), sbeng (kamboja), su fang mu (china), palo de brazil (sepanyol) , bakam
(arab) , pattanga (sanskrit).
Kayu secang memiliki habitus berupa
perdu (nama sekelompok pohon yang
memiliki ketinggian di bawah 6 m). Ranting-ranting berlentisel dan berduri,
bentuk duri bengkok, tersebar. Daun majemuk, panjang 25-40 cm, bersirip, 9-14
pasang sirip, panjang sirip 9-15 cm, setiap sirip mempunyai sepuluh sampai dua
puluh pasang anak daun yang berhadapan. Anak daun tidak bertangkai, bentuk
lonjong, pangkal daun hampir rompang, ujung bundar serta sisinya agak sejajar,
panjang anak daun 10-25 mm, lebar 3-11 mm. Perbungaan berupa malai, terdapat di
ujung, panjang malai 10-40 cm, panjang gagang bunga 15-20 cm, pinggir kelopak
berambut, panjang daun kelopak yang terbawah ±10 mm, lebar ±4 mm, tajuk
memencar berwarna kuning, helaian bendera membundar bergaris tengah 4-6 mm,
empat helai daun tajuk lainnya juga membundar dan bergaris tengah ±10 mm,
panjang benang sari ±15 mm, panjang putik ±18 mm. Polong berwarna hitam,
berbentuk lonjong, pipih dengan panjang 8-10 cm, lebar 3-4 cm, berisi 3-4 biji,
panjang biji 15-18 mm, lebar 8-11 mm, tebal 5-7 mm.
Zat yang terkandung dalam secang antara lain brazilin, alkaloid,
falvonoid, saponin, tanin, fenil propana dan terpenoid. Selain itu juga
mengandung asam galat, brasilein, delta-a phellandrene, oscimene, resin dan
resorin. Sementara daunnya mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 0,20%
yang beraromaenak dan tidak berwarna. Bagian yang digunakan untuk dijadikan
minuman adalah kayunya atau batang pohonnya. Panen kayu secang dapat dilakukan
mulai umur 1-2 tahun.
Kandungan yang terdapat dalam batang pohon secang berguna untuk
tubuh kita terutama dalam bidang kesehatan antara lain penghenti pendarahan,
pembersih darah, penawar racun, dan obat antiseptik . Karena tanaman ini
mengandung senyawa anti bakteri dan bersifat anti koagulasi atau anti
penggumpalan, maka tak heran kalo secang dapat digunakan sebagai obat diare,
batuk dan dapat menyembuhkan luka. Jika sedang diare 5 gram kayu kering
dipotong kecil, kemudian rebus dengan dua gelas air selama 15 menit setelah itu
saring dan segera diminum.
Kayu secang juga dapat dimanfaatkan untuk pengobatan disentri,
batuk darah pada TBC, muntah darah, sifilis, malaria, tetanus, tetanus,
pembengkakan (tumor), dan nyeri karena ganggu sirkulasi darah. Kayunya bila
direbus memberi warna merah gading. Dapat digunakan untuk pengecetan, memberi
warna pada bahan anyaman, kue, minuman.