Tanggal 2 mei adalah hari pendidikan
untuk negeri kita tercinta Indonesia. Tapi tetap saja kita masih memiliki tugas
yang hingga kini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintahan kita tercinta.
Apalagi kalau bukan kualitas pendidikan yang di bawah rata-rata. Penyebab utama
masih terpuruknya dunia pendidikan Indonesia adalah karena terlalu berorientasi
terhadap kurikulum yang notabene selalu berganti setiap mentri pendidikannya
pun berganti. Percobaan berbagai model
kurikulumpun telah dilaksanakan, dari kurikulum sederhana, kurikulum berbasis
kompetensi hingga kurikulum yang kini dipakai yaitu kurikulum 2013 yang
lagi-lagi belum menemukan arahnya. Padahal kurikulum atau kualitas pendidikan
yang baik adalah sebagai salah satu kunci untuk kemajuan pemikiran para penerus
bangsa untuk negara Indonesia yang lebih baik.
Sedang keadaan yang selangkah lebih
maju telah dilakukan oleh lembaga pendidikan yang dikelola oleh swasta. Karena
mereka mempunyai cara tersendiri untuk memberikan perbaikan pendidikan.
Berbagai bentuk lembaga pendidikan yang dikelola swasta adalah Sekolah Dasar
Islam hingga sekolah berbasis Boarding
school atau pondok kini lebih diminati oleh para orang tua untuk pendidikan
para buah hati mereka terlebih pendidikan bersistem asrama lebih mewarnai dunia
pendidikan Indonesia kini.
Gontor, adalah salah jenjang
pendidikan yang menerapkan sistem asrama yang memadukan antara sistem pendidikan
berbentuk salafiyah dan modern. Dengan membentuk para santrinya dengan
disiplin ilmu dan pendidkan serta pendidkan aqidah dan akhlak yang terpuji.
Tidak hanya itu Gontor juga menekankan terhadap para santri tentang keikhlasan
yang tak dapat dibeli untuk berjihad di jalan Allah.
Model pendidikan Gontor
mengedepankan ‘at tarbiyah ahammu minat
ta’lim’ yaitu pendidikan lebih penting dari pada pengajaran maksudnya adalah
segala sesuatu yang ada di Gontor mengandung pendidikan dari apa yang kita
dengar, lihat dan rasakan adalah pendidikan.
Kiprah Gontor Putri dimulai pada
tahun 1990an guna memenuhi desakan masyarakat yang menginginkan adanya Gontor
untuk para putri mereka. Kini diumurnya yang mulai mencapai seperempat abad.
Gontor putri seperti yang sering diungkapakan oleh Al-Ustad Ahmad Hidayatullah
Zarkasyi,MA adalah “Gontor Putri banyak memberi perubahan bagi Indonesia ini
dengan melahirkan para pejuang, memberikan pendamping untuk para pejuang dan
ibu para pejuang.” Yang di maksud dalam ungkapan tersebut adalah yang pertama
menjadi pejuang, para alumni Gontor putri siap dan bisa untuk berada di garis
depan dalam perjuangan untuk mengibarkan panji-panji islam bila memang
kesempatan itu ada. Yang kedua menjadi pendamping pejuang, para alumnya bisa
menjadi pembakar penyemangat bagi pejuang yang berada di garis depan karena
dibelakang laki-laki yang sukses pasti ada wanita yang hebat di belakangnya.
Yang ketiga yaitu ibu bagi para pejuang,
saat mereka tak bisa menjadi pejuang atau menjadi pendamping pejuang namun
mereka siap untuk melahirkan para pejuang dengan pembentukan pendidikan anak yang mumpuni. Bukan apa adanya, karena
pendidikan yanga awal atau dini adalah dari rumah. Bila latar pendidikan yang
di berikan dari rumah atau dari orang khususnya dapat dijadikan bekal untuk
lika-liku perjalanan hidup sang anak maka dia akan menjadi seorang yang tahan
banting terhadap segala keadaan yang mulai tak karuan.
Memang mungkin kebehasilan untuk para
santrinya dapat dilihat dengan mata telanjang seperti ketua PP Muhammadiyah,
ketua PBNU, mantan mentri agama dan yang lainnya mereka semua adalah sebagian
kecil contoh dari jebolan Gontor Putra yang ada di Ponorogo. Namun para santriwati
jebolan Gontor Putripun tetap berkiprah dalam mendidik kehidupan peradaban ini
melalui jalan yang lain walau tak terlihat dengan kasat mata namun semua itu
tetap diperlukan karena mereka ada untuk menjadi pelengkap kesempurnaan bukan
untuk menjadi yang sempurna.
0 comments:
Post a Comment