Apa lagi ini? Diskriminasi bentuk apalagi ini? Mungkin salah satu
ekspresi kalimat yang lumrah atas sebuah perubahan baru dan perlakuan yang
‘terlihat’ tak setara atas suatu kedudukan yang ‘terlihat’ sama. Namum semua
itu bukan masanya lagi jalan di tempat dan meratap atas sebuah perubahan yang
mungkin hanya karena kita belum terbiasa. Kini hanya perlu melangkah walau dengan
langkah-langkah kecil agar selalu berjalan dengan raihan-raihan emas yang tak kasat mata untuk masa depan.
Bagiku ini pemberian sebuah identitas pada seorang anak yang baru
terlahir walau ‘sedikit’ terlambat. Mungkin kita bisa melihat ke masa lalu, bukankah
dulu saat Gontor Purti berdiri dia tak serta merta mendapatkan dengan
kekhasannya yaitu kerudung putih dengan design elegannya? Dia melalui proses trial
and errornya. Menurut cerita, dulu mereka pernah menggunakan
kerudung berwarna-warni lalu setelah itu hanya warna tertentu yang
diperbolehkan hingga akhirnya dia mulai menemukan corak yang menurutnya pas
untuk digunakan menjadi sebuah identitas.
Hingga lahir anak perempuan yang baru yang juga lahir dari ibu yang
sama dalam tingkat perguruan tingginya dengan gelar ‘full time student’nya.
Sistem dan pergerakan yang terus dibentuk serta pencarian sesuatu yang disebut
sebagai sebuah identitas atau tanda pengenal terus digali. UNIDA Kampus Putri
pun telah melalui apa yang namanya trial and errornya. Menurut
pengalaman, saat ditahun pertama kami pernah mendapat kerudung krem namun
belum standart namun setelah melalui diskusi panjang akhirnya kami kembali
‘meminjam’ identitas saudara sekandung kami. Setelah itu ada masa dimana kami
menunggu identitas kami muncul hingga akhirnya pin berlambang unida pun muncul
dan berakhir setelah identitas baru kami lahir.
Banyak pertanyaan yang muncul, kenapa mereka tidak berganti juga? Apa
identitas mereka yang jau disana dengan gelar sama yang disandangnya dengan
kami? Aku mencari-cari dan bertanya pada diri sendiri banyak sangkalan dan
pembetulan yang muncul dan berkecamuk bahkan hingga masuk ke dalam mimpi
(hahaha maaf alay tapi nyata). Jawaban-jawaban yang mungkin terkadang terlihat
mengada-ada, jawaban dari karena mereka masih terikat sampai pada tempat main
yang berbeda muncul ada ‘dugaan’ atas jawaban.
Namun sudahlah terlalu indah kehidupan ini bila dilihat ‘hanya’
dalam satu sisi saja. Kini kita sudah beridentitas, lalu bisakah kita menjadi
generasi yang cerdas? Ini bukan tentang angkatan tapi ini tentang apa yang akan
kita sandang dan labelkan pada kehidupan kampus kita. Jika kita ingin menjadi
sebuah kebanggaan maka kita harus bisa membangun kebiasaan/adat yang baik,
mengatur seluruh langkah kita dan meminimalisir adat yang buruk dengan
mengadakan kegiatan bersifat kebersamaan agar seluruhnya dalam rel yang sama dan untuk meminimalisir orang-orang yang keluar rel. Kita
hidup dalam suatu rumah yang setiap harinya ada kereta lewat namun kita akan
tetap tidur dengan tenang walau kereta lewat karena kita tahu kereta itu ada
lintasannya.
Maka jangan sampai menjadi generasi yang turun kualitasnya karena
pola pikir pragmatis. Jangan menjadi generasi suka mengeluh yang selalu merasa
paling terjatuh. Jangan jadi generasi yang bertindak tanpa sebuah analisa. Bila
ada yang menjatuhkan maka bangkitlah. Bila ada yang mencela cernalah dan
analisalah pasti akan membuat kita lebih dewasa dalam berpikir. Bukankah seorang
mahasiswi itu belajar dalam taraf analisa? Bukankah seorang mahasiswi itu bisa
menjabarkan yang pendek dan meringkas yang panjang? Maka jika mereka tak
menjelaskan maka cari jawaban dalam diri atau sekitar karena pasti ada
jawabnnya dalam diri dan sekitar kita namun terkadang kita pura-pura tak
mengenal saat jawaban itu bertandang. Maka jadilah mahasiswi yang terus berkarya
dan meneliti karena dengan meneliti, lahirlah karya pengabdian, dan
bermunculanlah tunas tunas baru ilmu pengetahuan dan maka jadilah ulama yang
intelek bukan intelek yang tahu agama. Serta ingat setiap pundak kita, kita
membawaa nama kita, almamater, bangsa dan agama kita.
#wallahua'lambishowab#ussikumwaiyyayanafsi
Good luck! Never give up! Even i ever regreted of my choice,,, but,, that's destiny
ReplyDelete