Oleh: Yulian Catur Rini
Mahasiswi Prodi Farmasi Universitas Darussalam
Gontor
Pendidikan
adalah sesuatu hal yang sangat berharga bagi setiap manusia karena sebuah
pendidikan yang didapat akan menjadi pemikiran dan pemikiran itulah yang akan
menjadi pandangan hidup setiap individu dalam menghadapi dunia sekitarnya.
Pendidikan yang terbaik itu sendiri bermula dari rumah, terutama adalah dari seorang
ibu. Karena dalam kodratnya ibulah orang tua yang memiliki intensitas pertemuan
dengan anaknya lebih banyak bila dibandingkan dengan seorang ayah yang lebih
disibukkan oleh urusan pekerjaan untuk menafkahi keluarga. Lalu bagaimana bila dengan
bertambahnya umur tiap anak semua harus berkembang melalui pendidikan di luar
rumah seperti sekolah?
Dunia
pendidikan Indonesia hingga kini masih kalang kabut mencari-cari cara yang
tepat dalam pemberian pendidikan tepat dan efektif terhadap para penerus bangsa
ini. Salah satu usaha yang selalu digunakan pemerintah adalah dengan
menggunakan sistem yang bernama ‘kurikulum’ dimana kurikulum ini masih selalu
berganti dengan seiring bergantinya Mentri Pendidikan Indonesia. Dan akhirnya
berakibat pada belum terpecahkannya sistem bernama ‘kurikulum’ yang ideal dan
cocok terhadap zaman yang tiap harinya berkembang.
Saat
pemerintah masih kalang kabut dengan bagaimana kurikulum yang ideal dan cocok.
Gontor malah telah lebih dahulu menemukan gaya pendidikan yang tak lekang oleh
zaman yaitu pendidikan karakter atau character building. Dimana kedisplinan adalah kunci dari segala pintu
kesuksesan yang kita inginkan. Pendidikan kedisplinan yang berada di garis
depan disertai dengan keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwah islamiyah
dan kebebasan dimana kelimanya itu tertuang dalam semangat Panca Jiwa Pondok Modern. Dengan
segala kunci yang diberikan terhadap para mujahidah agama ini sehingga telah
banyak terlahir para generasi yang cemerlang disertai dengan mentalitas, moral,
dan karakter yang matang serta akhlaq yang mulia.
Dengan
berbekal pendidikan karakter yang telah dijalankan itu. Maka betapa lengkapnya
bila islamisasi ilmu pengetahuanpun juga diikut sertakan dalam gaya pendidikan
ala Gontory ini. Beberapa alasan keharusan adanya islamisasi ilmu pengetahuan
di bumi ini pada umumnya dan di jenjang sekolah Kulliyatul Mu’alimin
Al-islamiyah atau KMI yang setara dengan Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah
Menengah Umum pada khususnya adalah dengan adanya perkembangan zaman yang
dimana kebanyakan orang islam malah terbawa arus atau cenderung sebagai follower oleh zaman yang semakin tak
berarah dikarenakan ilmu yang kurang memadahi serta dasar agama yang kurang
mantap dimana sekolah harus berperan aktif dalam pengenalannya agar meciptakan
generasi emas untuk kelanjutan bangsa. Seperti ungkapan Dryden Gordon dan
Jennete Voh dalam bukunya Revolusi Cara Belajar, halaman 23 – 29 adalah
Tipe kecerdasan itu tidak hanya satu, setiap orang memiliki
gaya belajar yang unik, sama halnya dengan sidik jari. Sekolah yang efektif
harus dapat mengenali dan melayaninya
Bahayanya
ilmu khususnya ilmu pengetahuan tanpa dasar agama akan mengakibatkan
kesombongan dalam diri manusia karena merasa lebih dengan apa yang dapat ia pikirkan
dan kerjakan. Seiring cepatnya perubahan zaman yang terjadi, ilmu-ilmu yang
ditemukan oleh manusiapun berkembang dengan cepat bak air yang mengalir
kelautan. Tak ayal terkadang terdapat pendapat
yang melenceng dari tuntunan agama. Contoh sebagian kecil dari penelitian mereka
yang tak masuk akal adalah Program yang dimulai tahun 1950an hingga dihentikan pada
tahun 1973. CIA melakukan eksperimen pengendalian pikiran atau "Rekayasa
Perilaku Manusia" lewat divisi Scientific Intelligent milik CIA. Mereka
ingin mengendalikan otak manusia yang dimana Allahlah yang paling berhak dalam
hal tersebut. Miris sebenarnya hingga tercetus ide yang tak masuk akal dari
barisan para ilmuan yang memiliki tingkat intelektualitas tinggi. Ini adalah
salah satu akibat yang ditimbulkan karena ilmu yang tak dilandasi dengan agama.
Hingga sesuatu yang tak masuk akalpun bagi mereka menjadi masuk akal. Bila mereka orang-orang yang tak beriman masih berusaha dengan
pemikiran-pemikiran mereka yang men’Tuhan’kan akal pikiran mereka. Lalu kenapa
umat islam tidak juga berusaha untuk menggunakan ilmu mereka dengan
berlandaskan agama yang mereka yakini selama ini?.
Dengan adanya gerakan islamisasi ilmu pengetahuan
sedini mungkin terhadap generasi penerus bangsa. Dapat memberikan dasar yang
kuat terhadap mereka agar siap menghadapi tuntutan zaman dengan tetap
berpedoman kepada Al-qur’an dan hadist tanpa adanya keraguan yang tercipta
dikemudian hari. Sehingga segala sesuatu yang ditemukan dalam ilmu pengetahuan
yang didapatnya juga dapat dikatakan dengan ilmu agama yang telah tertanam
didalam dirinya dengan mengutip ayat al-qur’an ataupun hadist.
Disamping alasan tersebut, seiring telah
bertransformasinya Institut Studi Islam Darussalam (ISID) menjadi Universitas
Darussalam Gontor (UNIDA Gontor) yang membawa misi “Islamisasi ilmu pengetahuan”
dengan harapan dapat berkecimpung di kancah Internasional maka pengislaman ilmu
pengetahuan ditingkat KMIpun menjadi salah satu faktor pendukung terwujudnya
misi dan harapan UNIDA Gontor, yang dimana hal tersebut memang telah
dicita-citakan sejak lama oleh para Pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor.
Sejalan dengan hal tersebut UNIDA Gontor telah
menjadi harapan banyak pihak yang senantiasa selalu mendukung segala pergerakan
yang dilakukannya. Hingga pihak yang berharap itupun berpendapat ‘jikalau’ misi
yang dibawa tak berjalankan bukankah lebih baik UNIDA Gontor tak berdiri bila
UNIDA Gontor berdiri namun sama seperti Universitas yang lain?
Maka dari itu perealisasian misi UNIDA Gontor harus terlaksanakan terlebih dahulu dijenjang
pendidikan yang notabene telah memiliki pondasi yang kuat entah dari segi
dukungan maupun sumber daya manusianya. Dan semoga kita selalu diridhoi Allah
dengan segala apa yang kita lakukan dan perjuangkan. Amiin
0 comments:
Post a Comment