Berilmu untuk beramal

http://caturrinihistories.blogspot.co.id

Kebersamaan akan melahirkan sebuah kekuatan

caturrinistories@gmail.com

Perjuangan meraih S.Farm

http://caturrinihistories.blogspot.co.id

Tuesday 25 August 2015

Kayu Secang

Rempah yang satu ini terbuat dari serutan kayu pohon. Tapi sejak abad ke-17 sudah diperjual belikan berbagai negara dunia. Rempah yang satu ini sering digunakan untuk campuran minuman hangat didaerah Yogyakarat. Caesalpinia sappan L. Atau yang umum disebut dengan kayu secang yang berasal dari Asia Tenggara dan mudah ditemukan di Indonesia dengan persebaran di pekarangan daerah jawa dan pegunungan berbatu pada daerah yang tidak terlalu dingin di sulawesi selatan.
Kayu secang dalam urutn takson makhluk hidup bila di klasifikasikan dalam kingdom adalah Plantae, divisi adalah Spermatophytax, sub divisi adalah Angiospermae, kelas adalah Dicolyledonae, bangsa adalah Resales, suku adalah Cesalpiniaceae, marga adalah Caesalpinia, spesies adalah Caesalpinia sappan L.
Kayu secang ini memiliki sebutan yang bermacam-macam di setiap daerahnya diantaranya disebut seupenga (Aceh); sepang (Gayo); Sopang (Batak); cacang (Minangkabau); secang (Sunda); kayu secang, soga jawa (Jawa); kaju secang (Madura); cang (Bali); sepang (Sasak); supa; supang (Bima); sepel (Timor); hape (Sawu); hong (Alor); sepe (Roti); kayu sema (Manado); dolo (Bare); sapang (Makasar); sepang (Bugis); sefen (Halmahera Selatan); sawala (hiniaga, sinyiang, singiang (Halmahera Utara); sunyiha (Ternate); roro (Tidore); sepang merah, sappan wood, bakkum wood,bois de sappan (Perancis), to moc,  cay vang (Vietnam), tainniga (Burma), sbeng (kamboja), su fang mu (china), palo de brazil (sepanyol) , bakam (arab) , pattanga (sanskrit).
            Kayu secang memiliki habitus berupa perdu (nama sekelompok pohon yang memiliki ketinggian di bawah 6 m). Ranting-ranting berlentisel dan berduri, bentuk duri bengkok, tersebar. Daun majemuk, panjang 25-40 cm, bersirip, 9-14 pasang sirip, panjang sirip 9-15 cm, setiap sirip mempunyai sepuluh sampai dua puluh pasang anak daun yang berhadapan. Anak daun tidak bertangkai, bentuk lonjong, pangkal daun hampir rompang, ujung bundar serta sisinya agak sejajar, panjang anak daun 10-25 mm, lebar 3-11 mm. Perbungaan berupa malai, terdapat di ujung, panjang malai 10-40 cm, panjang gagang bunga 15-20 cm, pinggir kelopak berambut, panjang daun kelopak yang terbawah ±10 mm, lebar ±4 mm, tajuk memencar berwarna kuning, helaian bendera membundar bergaris tengah 4-6 mm, empat helai daun tajuk lainnya juga membundar dan bergaris tengah ±10 mm, panjang benang sari ±15 mm, panjang putik ±18 mm. Polong berwarna hitam, berbentuk lonjong, pipih dengan panjang 8-10 cm, lebar 3-4 cm, berisi 3-4 biji, panjang biji 15-18 mm, lebar 8-11 mm, tebal 5-7 mm.
            Zat yang terkandung dalam secang antara lain brazilin, alkaloid, falvonoid, saponin, tanin, fenil propana dan terpenoid. Selain itu juga mengandung asam galat, brasilein, delta-a phellandrene, oscimene, resin dan resorin. Sementara daunnya mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 0,20% yang beraromaenak dan tidak berwarna. Bagian yang digunakan untuk dijadikan minuman adalah kayunya atau batang pohonnya. Panen kayu secang dapat dilakukan mulai umur 1-2 tahun.
Kandungan yang terdapat dalam batang pohon secang berguna untuk tubuh kita terutama dalam bidang kesehatan antara lain penghenti pendarahan, pembersih darah, penawar racun, dan obat antiseptik . Karena tanaman ini mengandung senyawa anti bakteri dan bersifat anti koagulasi atau anti penggumpalan, maka tak heran kalo secang dapat digunakan sebagai obat diare, batuk dan dapat menyembuhkan luka. Jika sedang diare 5 gram kayu kering dipotong kecil, kemudian rebus dengan dua gelas air selama 15 menit setelah itu saring dan segera diminum.

Kayu secang juga dapat dimanfaatkan untuk pengobatan disentri, batuk darah pada TBC, muntah darah, sifilis, malaria, tetanus, tetanus, pembengkakan (tumor), dan nyeri karena ganggu sirkulasi darah. Kayunya bila direbus memberi warna merah gading. Dapat digunakan untuk pengecetan, memberi warna pada bahan anyaman, kue, minuman.

Tuesday 11 August 2015

Mahasantri

Mahasiswa adalah gelar elite yang ada dalam sosio-kultural yang ada di masyarakat. Dengan kata ‘Maha’ sesungguhnya dia telah ‘meminjam’ sebagian nama Tuhan. Dengan berbagai pelajaran yang di anggap oleh masyarakat yaitu sebagai ilmu langit yang belum diterjemahkan dalam masyarakat yang dimana seharusnya pemikiran seorang mahasiswa ini bukanlah pikiran hanya biasa-biasa saja. Karena mereka telah menjadi salah satu mutiara ilmu untuk Indonesia.
Dengan semakin berjalannya waktu kini juga berkembang istilah baru bagi para calon  mutiara ini, yaitu istilah ‘Mahasantri’. Lalu apa itu mahasantri? Mahasantri adalah seorang mahasiswa yang mengikuti kuliah seperti biasanya namun dia juga tinggal di satu asrama dengan peraturan yang ada dan berdasarkan atas agama islam yang kuat. Mungkin hampir sama namun seorang mahasantri ini sesuatu hal yang istimewa apalagi di zaman sekarang ini dengan adanya berbagai pilihan atas kegermelapan dunia. Sehingga seseorang yang memilih atau yang dipilih menjadi mahasantri adalah mutiara islam yang siap untuk menegakkan agamaNya dimanapun mereka berpijak.
Seorang mahasantri harus mempunyai pola pikir yang lebih sistematis dibandingkan sebelumnya karena mereka tak lagi berada di bangku sekolah menengah ataupun KMI. Dengan aktif dalam berorganisasi, kegiatan non akademik seperti ikut serta dalam UKM yang ada di kampus. Mereka dapat mengembangkan olah pikir, olah dzikir, olah raga dan olah rasa mereka yang ditambah dengan adanya sistem asrama membuat mereka lebih leluasa dalam waktu untuk pelaksanaan seluruh kegiatan yang ada.
Dan kelebihan lain dari seorang mahasantri adalah dengan adanya peraturan asrama yang bertujuan tidak untuk mengekang mereka sehingga mereka dapat hidup dalam ritme yang indah dalam suasana islami. Ibaratnya seperti mawar yang berduri, dia indah karena ada durinya. Maka sama saja saat seorang mahasantri mentaati peraturan karena peraturan itu yang memperindah para mahasantri untuk kehidupan mereka. Serta disisi lain memberikan ketenangan terhadap para wali mahasantri ini atas jihad mereka dalam tholabul ilmi di tingkat perguruan tinggi.

Maka dari itu selayaknya jika kita menjadi seorang mahasantri suatu hal wajib kita syukuri karena kelebihan-kelebihannya yang terkadang tak dapat terdefinisikan. Yang dimana belum tentu orang biasa rasakan karena seorang mahasantri itu mutiara yang paling indah diantara mutiara. Masa yang indah itu masa saat kita menuntut ilmu apalagi saat itu kita merasakannya di Gontor. 

Tuesday 25 August 2015

Kayu Secang

Rempah yang satu ini terbuat dari serutan kayu pohon. Tapi sejak abad ke-17 sudah diperjual belikan berbagai negara dunia. Rempah yang satu ini sering digunakan untuk campuran minuman hangat didaerah Yogyakarat. Caesalpinia sappan L. Atau yang umum disebut dengan kayu secang yang berasal dari Asia Tenggara dan mudah ditemukan di Indonesia dengan persebaran di pekarangan daerah jawa dan pegunungan berbatu pada daerah yang tidak terlalu dingin di sulawesi selatan.
Kayu secang dalam urutn takson makhluk hidup bila di klasifikasikan dalam kingdom adalah Plantae, divisi adalah Spermatophytax, sub divisi adalah Angiospermae, kelas adalah Dicolyledonae, bangsa adalah Resales, suku adalah Cesalpiniaceae, marga adalah Caesalpinia, spesies adalah Caesalpinia sappan L.
Kayu secang ini memiliki sebutan yang bermacam-macam di setiap daerahnya diantaranya disebut seupenga (Aceh); sepang (Gayo); Sopang (Batak); cacang (Minangkabau); secang (Sunda); kayu secang, soga jawa (Jawa); kaju secang (Madura); cang (Bali); sepang (Sasak); supa; supang (Bima); sepel (Timor); hape (Sawu); hong (Alor); sepe (Roti); kayu sema (Manado); dolo (Bare); sapang (Makasar); sepang (Bugis); sefen (Halmahera Selatan); sawala (hiniaga, sinyiang, singiang (Halmahera Utara); sunyiha (Ternate); roro (Tidore); sepang merah, sappan wood, bakkum wood,bois de sappan (Perancis), to moc,  cay vang (Vietnam), tainniga (Burma), sbeng (kamboja), su fang mu (china), palo de brazil (sepanyol) , bakam (arab) , pattanga (sanskrit).
            Kayu secang memiliki habitus berupa perdu (nama sekelompok pohon yang memiliki ketinggian di bawah 6 m). Ranting-ranting berlentisel dan berduri, bentuk duri bengkok, tersebar. Daun majemuk, panjang 25-40 cm, bersirip, 9-14 pasang sirip, panjang sirip 9-15 cm, setiap sirip mempunyai sepuluh sampai dua puluh pasang anak daun yang berhadapan. Anak daun tidak bertangkai, bentuk lonjong, pangkal daun hampir rompang, ujung bundar serta sisinya agak sejajar, panjang anak daun 10-25 mm, lebar 3-11 mm. Perbungaan berupa malai, terdapat di ujung, panjang malai 10-40 cm, panjang gagang bunga 15-20 cm, pinggir kelopak berambut, panjang daun kelopak yang terbawah ±10 mm, lebar ±4 mm, tajuk memencar berwarna kuning, helaian bendera membundar bergaris tengah 4-6 mm, empat helai daun tajuk lainnya juga membundar dan bergaris tengah ±10 mm, panjang benang sari ±15 mm, panjang putik ±18 mm. Polong berwarna hitam, berbentuk lonjong, pipih dengan panjang 8-10 cm, lebar 3-4 cm, berisi 3-4 biji, panjang biji 15-18 mm, lebar 8-11 mm, tebal 5-7 mm.
            Zat yang terkandung dalam secang antara lain brazilin, alkaloid, falvonoid, saponin, tanin, fenil propana dan terpenoid. Selain itu juga mengandung asam galat, brasilein, delta-a phellandrene, oscimene, resin dan resorin. Sementara daunnya mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 0,20% yang beraromaenak dan tidak berwarna. Bagian yang digunakan untuk dijadikan minuman adalah kayunya atau batang pohonnya. Panen kayu secang dapat dilakukan mulai umur 1-2 tahun.
Kandungan yang terdapat dalam batang pohon secang berguna untuk tubuh kita terutama dalam bidang kesehatan antara lain penghenti pendarahan, pembersih darah, penawar racun, dan obat antiseptik . Karena tanaman ini mengandung senyawa anti bakteri dan bersifat anti koagulasi atau anti penggumpalan, maka tak heran kalo secang dapat digunakan sebagai obat diare, batuk dan dapat menyembuhkan luka. Jika sedang diare 5 gram kayu kering dipotong kecil, kemudian rebus dengan dua gelas air selama 15 menit setelah itu saring dan segera diminum.

Kayu secang juga dapat dimanfaatkan untuk pengobatan disentri, batuk darah pada TBC, muntah darah, sifilis, malaria, tetanus, tetanus, pembengkakan (tumor), dan nyeri karena ganggu sirkulasi darah. Kayunya bila direbus memberi warna merah gading. Dapat digunakan untuk pengecetan, memberi warna pada bahan anyaman, kue, minuman.

Tuesday 11 August 2015

Mahasantri

Mahasiswa adalah gelar elite yang ada dalam sosio-kultural yang ada di masyarakat. Dengan kata ‘Maha’ sesungguhnya dia telah ‘meminjam’ sebagian nama Tuhan. Dengan berbagai pelajaran yang di anggap oleh masyarakat yaitu sebagai ilmu langit yang belum diterjemahkan dalam masyarakat yang dimana seharusnya pemikiran seorang mahasiswa ini bukanlah pikiran hanya biasa-biasa saja. Karena mereka telah menjadi salah satu mutiara ilmu untuk Indonesia.
Dengan semakin berjalannya waktu kini juga berkembang istilah baru bagi para calon  mutiara ini, yaitu istilah ‘Mahasantri’. Lalu apa itu mahasantri? Mahasantri adalah seorang mahasiswa yang mengikuti kuliah seperti biasanya namun dia juga tinggal di satu asrama dengan peraturan yang ada dan berdasarkan atas agama islam yang kuat. Mungkin hampir sama namun seorang mahasantri ini sesuatu hal yang istimewa apalagi di zaman sekarang ini dengan adanya berbagai pilihan atas kegermelapan dunia. Sehingga seseorang yang memilih atau yang dipilih menjadi mahasantri adalah mutiara islam yang siap untuk menegakkan agamaNya dimanapun mereka berpijak.
Seorang mahasantri harus mempunyai pola pikir yang lebih sistematis dibandingkan sebelumnya karena mereka tak lagi berada di bangku sekolah menengah ataupun KMI. Dengan aktif dalam berorganisasi, kegiatan non akademik seperti ikut serta dalam UKM yang ada di kampus. Mereka dapat mengembangkan olah pikir, olah dzikir, olah raga dan olah rasa mereka yang ditambah dengan adanya sistem asrama membuat mereka lebih leluasa dalam waktu untuk pelaksanaan seluruh kegiatan yang ada.
Dan kelebihan lain dari seorang mahasantri adalah dengan adanya peraturan asrama yang bertujuan tidak untuk mengekang mereka sehingga mereka dapat hidup dalam ritme yang indah dalam suasana islami. Ibaratnya seperti mawar yang berduri, dia indah karena ada durinya. Maka sama saja saat seorang mahasantri mentaati peraturan karena peraturan itu yang memperindah para mahasantri untuk kehidupan mereka. Serta disisi lain memberikan ketenangan terhadap para wali mahasantri ini atas jihad mereka dalam tholabul ilmi di tingkat perguruan tinggi.

Maka dari itu selayaknya jika kita menjadi seorang mahasantri suatu hal wajib kita syukuri karena kelebihan-kelebihannya yang terkadang tak dapat terdefinisikan. Yang dimana belum tentu orang biasa rasakan karena seorang mahasantri itu mutiara yang paling indah diantara mutiara. Masa yang indah itu masa saat kita menuntut ilmu apalagi saat itu kita merasakannya di Gontor.