Berilmu untuk beramal

http://caturrinihistories.blogspot.co.id

Kebersamaan akan melahirkan sebuah kekuatan

caturrinistories@gmail.com

Perjuangan meraih S.Farm

http://caturrinihistories.blogspot.co.id

Thursday 28 May 2015

Bersama Untuk Bangsa

Masih pantaskah kita sebagai generasi bangsa tidak keras terhadap diri kita? bukankah hidup ini tak hanya bercerita tentang keindahan dan kegermelapannya?  Miris, mungkin itu yang sedang dialami oleh bangsa kita yang tercinta ini. Ditengah semaraknya berita tentang beras plastik, susu detergen dan yang lainnya. Ada satu lagi berita yang tak bisa kita lupakan. Apalagi kalau bukan tentang pengumuman kelulusan entah itu tingkat SMA, SMP dan SD. Mungkin tak semua yang melakukan beberapa keadaan yang memalukan tapi seperti pepatah lama berkata karena nila setitik rusak susu sebelanga. Entah ini kagum, takjub atau bagaimana, saat melihat foto-foto para pemuda dengan seragamnya yang penuh dengan coretan seni itu. Mungkin itu sudah biasa ditingkat SMA atau SMP tapi kalau masih ditingkat SD? Mungkin sekarang ada dari mereka yang harus dewasa sebelum waktunya. Karena bila tidak seperti mereka akan dikatai kudet,katrok atau sejenisnya. Bukan hanya sampai disitu, sekarang juga marak yang namanya jones yah tau sendirilah itu apaan. Hal yang aneh memang saat anak sekarang tak punya pacar malah dikatain. Bukankah itu hal yang wajar? wajar bagi umuran seorang penimba ilmu.
Mungkin zaman memang telah menemui masa keemasannya dengan penuh kecanggihannya. Tapi jika kita terus hanya menjadi penikmat atas semua teknologi itu maka kapan kita akan maju? sedang bila ada karya anak bangsa terkadang mendapat cibiran. Lalu apakah kita hanya akan menunggu sistem yang sedang mencari arah tanpa bisa berbuat apa-apa? bukankah perbaikan bukan hanya menjadi kewajiban pemerintah, tapi kita semuanya dengan perannya masing-masing.
pembangunan bangsa tak akan bersahil bila hanya satu peran yang memainkan tanpa ada yang membantu. maka dari itu kita harus saling bahu-mambahu untuk generasi kita, sebagai generasi pembelajar yang memiliki integritas yang mumpuni.

"Jika pengajaran adalah transfer pengetahuan, pendidikan harus menumbukan kesadaran mengaktifkan pikiran secara merdeka agar kretifitas tumbuh dengan leluasa karena pengekangan hanya melahirkan pembungkaman dan kemandiran disalah arti dengan ketundukan. Generasi pembelajar adalah generasi yang tak saja mendapat pengetahuan namun juga pemahaman, generasi ini lebih baik belajar mengerti agar lebih bijak pula memahami, menjadi pribadi dengan pikiran penuh keterbukaan bukan penghafal diktat yang sekedar taat, terus belajar dan mencari selagi muda tidak hanya ikut dengan cuma-cuma dan tanpa bertanya, jangan takut salah dan berbuat alpa sebab dari situ para pembelajar bisa dewasa, karena hidup adalah rangkaian tanya demi tanya dan generasi pembelajar selalu berusaha mencari jawabannya"


Sunday 17 May 2015

Kita yang ber-59


Tak terasa waktu berputar, hingga mengantarkan kita dipenghujung tahun pengabdian yang memang sudah menjadi sebuah kewajiban bagi kita. Tak dapat dipungkiri setiap dari kita mempunyai cara masing-masing untuk meraih cita-cita. Tapi itu tak perlu khawatir, karena cerita kita akan tetap menjadi yang sempurna karena kita yang ber-lima sembilan.
            Senyum tipis sering menyeringai saat kembali ke tempat yang bercerita tentang kita. Entah itu candaan kecil ataupun perbuatan bodoh yang sering tak kita sadari saat melakukannya. Semua itu sering berputar dalam ingatan layaknya film yang diputar ulang. Lucu, aneh bahkan tak terduga, itu yang sering kita lakukan. Tak kenal waktu dan tempat apalagi usia, tapi untungnya kita masih tahu kondisi. Sehingga kita terkadang berlaku seperti anak kelas satu atau satu intensive KMI alias polos, menjadi pengayom yang bijak seperti kelas lima atau terkadang sedikit berulah seperti kelas 6 yang menjadi paling senior diantara yang lain.
Mungkin yang kita rasakan itu, sesuatu yang harus kita jamak alias dua rasa jadi satu, Aneh. Tapi itulah yang harus kita rasa sebagai angkatan perintis UNIDA Putri. Mengadakan yang belum ada itu pasti membutuhkan yang namanya 'Perjuangan'. Rasa aneh itu karena di tahun ini kita harus jadi senior dan junior sekaligus. Dua-duanya harus kita lakoni, menjadi pemikir sekaligus pelaksana semua yang kita pikirkan.
Dan untuk yang lanjut, akhirnya di tahun depan kita mau tak mau harus menjadi ‘mahasiswi karbitan‘ harus kita lakukan. karbitan? Yah begitulah, karena kita yang sebenarnya masih anak ingusan ditingkat universitas, tahun depan harus langsung loncat jadi senior atas para maba yang akan datang besok. Disuruh matang sebelum waktunya Hihihihi...
Dengan keadaan yang seadanya dan membutuh kesabaran yang ekstra. Kita masih percaya bahwa ini tak kan berlangsung lama. Pengaharapan dan do'a-do'a selalu kita selipkan dalam setiap do'a agar semuanya tak bertahan begini-begini saja. Hanya satu ingin kita tentang ini semua, sebuah kemajuan yang pasti. Karena kita ingin selalu bergerak dan menggerakkan. Bergerak dengan aturan yang ada, bergerak seperti api yang berkobar bukan seperti api dalam sekam. tak saling bersenggolan, tak saling menjatuhkan, tak saling memojokkan. Tapi rangkulan walau dengan medan yang berbeda, pelukan walau kita tak sama karena kita masih dalam satu naungan 'Gontor'.

Semoga harapan dan kesyukuran akan selalu ada dalam diri kita. Karena kita yang ber-lima sembilan. Cerita yang akan menjadi salah satu sejarah dalam hidup kita. Masa yang membuat kita berpikir lebih. Sebuah rasa yang tak mungkin dia atau bahkan mereka pahami. Ini tentang kita yang takkan habis bila diceritakan. Yang tak kan hilang oleh zaman. Kebersamaan yang mahal dengan berbagai macam kerikil tajam dan badai besar yang terkadang membuat kita tumbang. Tapi kita selalu bangkit rapatkan barisan, bergandeng tangan walau terkadang ada yang lupa tentang tujuan tapi kami mencoba saling mengingatkan. Kita akan tetap menjadi ber-lima sembilan dimanapun kita berada karena kita bagian dari cita-cita trimurti untuk perguruan tinggi ini. Ini hanya untuk kita dengan warna-warni kita. Wish us luck for one thousand miles of our journey

Friday 8 May 2015

Pembentukan Akhlak Karena Ibadah


Sudah terlanjur sering kita menemukan pola pikir manusia yang tak ingin mengkaitkan satu hal dengan hal yang lain. Kita lihat saja dari contoh yang paling sering kita jumpai yaitu antara agama dan politik yang sering terjadi dalam negara kita sendiri. Padahal ini adalah dua hal yang saling berkaitan adanya. Karena tak dapat dipungkiri, segala sesuatu yang kita lakukan di muka bumi pasti saling berkaitan satu sama lain.
Lalu bagaimana bila kita menilik ke dalam hal akhlak dan amalan ibadah dalam agama khususnya dalam pelaksanaan rukun islam yang ke lima. Apakah benar hal-hal yang kita lakukan dalam pelaksanaan haji dapat membentuk akhlak kita dalam kehidupan sehari-hari?
Ibadah sesungguhnya bukanlah suatu hal yang hanya bersifat simbolik, ‘penting mengerjakan’ yang berakibat pada sebuah formalitas tanpa adanya penghayatan dalam diri manusia itu sendiri.  Karena bila ibadah itu dilakukan tanpa adanya makna dalam kehidupan sehari-hari maka semua itu tidak akan memberi arti dan efek yang berarti. Disamping itu Arti penghayatan ibadah sendiri adalah melakukan apresiasi dan ekspresi ibadah itu dengan diiringi perbuatan-perbuatan yang bersifat aplikatif yang sejalan dengan hakikat dan hikmah ibadah.
Sedangkan hakekat haji adalah ibadah yang wajib dilaksankan oleh setiap muslim yang mampu. Mampu disini bukan hanya dalam finansial namun juga dalam jasmani dan rohani. Yang dimana seseorang dapat melakukan haji secara sempurna dengan beberapa bentuk ibadah yang termasuk dalam rukun dan wajib haji, seperti thawaf, sa’i, wukuf di Arafah, mabid di mudzdalifah, melontar jamrah, tahallul dan lainnya sebagai akitivitas untuk mencari ridhoNya.
Seorang haji yang mabrur biasanya akan mendapatkan pengaruh perubahan akhlak yang besar setelah pelaksanaan ibadahnya di tanah suci. Karena banyak hal yang tersurat maupun tersirat dari ibadah haji ini sangatlah berpengaruh dalam pembentukan akhlak. Seperti niat yang diucapkan berfungsi untuk menguatkan niat dalam hati sehingga terjadi keselarasan dalam diri seseorang. Dalam waktu ihrom yang dimana terdapat larangan-larangan yang harus dihindari ini memberi pelajaran pada kita bahwa kita tidak boleh tergoda dengan sesuatu yang mungkin akan membatalkan pekerjaaan kita. Wukuf adalah ibadah yang mengandung makna agar apa yang kita kerjakan harus kita jiwai dan menngerjakan sesuatu harus dengan hati. Thawaf yaitu ibadah mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh kali memiliki makna agar kita tidak kenal menyerah, berjuang sekuat tenaga menjalankan pekerjaan kita untuk meraih apa yang sudah ditargetkan. Sa’i yang dilakukan dengan berjalan kaki (lari-lari kecil) bolak-balik tujuh kali dari bukit shafa ke Marwah dan sebaliknya. Nilai etos kerja dalam ibadah ini adalah bahwa pekerjaan yang rutin setiap hari harus dilakukan dengan tekun dan istiqomah dan mempunyai target yang jelas. Melempar jumrah merupakan simbol perlawanan terhadap setan dan pembebasan diri dari iblis yang suka mengganggu manusia. Etos kerja yang tersurat di dalamnya telah terlihat jelas. Yang dimana kita sebagai manusia sebisa mungkin untuk mengekang hawa nafsu yang pasti datang dari setan. Hingga tahallul yang dimana kita mencukur rambut sebagai tanda dibolehkannya beberapa larangan saat berihrom yang bermakna agar kita berpikir jernih. Bahwa segala aturan yang ada harus ditaati yang berarti kita bekerja atau melakukan kegiatan harus sesuai dengan etika dan tata aturannya.

Setelah kita mengerti hubungan antara ibadah yang dilakukan dapat menimbulkan akhlak yang mulia bila dijiwainya. Karena semestinya ibadah itu tidak semata dilakukan hanya dalam satu dimensi saja. Karena ibadah dan akhlak satu dan lainnya saling menyatu dan seharusnya berjalan seiring seirama. 

Thursday 28 May 2015

Bersama Untuk Bangsa

Masih pantaskah kita sebagai generasi bangsa tidak keras terhadap diri kita? bukankah hidup ini tak hanya bercerita tentang keindahan dan kegermelapannya?  Miris, mungkin itu yang sedang dialami oleh bangsa kita yang tercinta ini. Ditengah semaraknya berita tentang beras plastik, susu detergen dan yang lainnya. Ada satu lagi berita yang tak bisa kita lupakan. Apalagi kalau bukan tentang pengumuman kelulusan entah itu tingkat SMA, SMP dan SD. Mungkin tak semua yang melakukan beberapa keadaan yang memalukan tapi seperti pepatah lama berkata karena nila setitik rusak susu sebelanga. Entah ini kagum, takjub atau bagaimana, saat melihat foto-foto para pemuda dengan seragamnya yang penuh dengan coretan seni itu. Mungkin itu sudah biasa ditingkat SMA atau SMP tapi kalau masih ditingkat SD? Mungkin sekarang ada dari mereka yang harus dewasa sebelum waktunya. Karena bila tidak seperti mereka akan dikatai kudet,katrok atau sejenisnya. Bukan hanya sampai disitu, sekarang juga marak yang namanya jones yah tau sendirilah itu apaan. Hal yang aneh memang saat anak sekarang tak punya pacar malah dikatain. Bukankah itu hal yang wajar? wajar bagi umuran seorang penimba ilmu.
Mungkin zaman memang telah menemui masa keemasannya dengan penuh kecanggihannya. Tapi jika kita terus hanya menjadi penikmat atas semua teknologi itu maka kapan kita akan maju? sedang bila ada karya anak bangsa terkadang mendapat cibiran. Lalu apakah kita hanya akan menunggu sistem yang sedang mencari arah tanpa bisa berbuat apa-apa? bukankah perbaikan bukan hanya menjadi kewajiban pemerintah, tapi kita semuanya dengan perannya masing-masing.
pembangunan bangsa tak akan bersahil bila hanya satu peran yang memainkan tanpa ada yang membantu. maka dari itu kita harus saling bahu-mambahu untuk generasi kita, sebagai generasi pembelajar yang memiliki integritas yang mumpuni.

"Jika pengajaran adalah transfer pengetahuan, pendidikan harus menumbukan kesadaran mengaktifkan pikiran secara merdeka agar kretifitas tumbuh dengan leluasa karena pengekangan hanya melahirkan pembungkaman dan kemandiran disalah arti dengan ketundukan. Generasi pembelajar adalah generasi yang tak saja mendapat pengetahuan namun juga pemahaman, generasi ini lebih baik belajar mengerti agar lebih bijak pula memahami, menjadi pribadi dengan pikiran penuh keterbukaan bukan penghafal diktat yang sekedar taat, terus belajar dan mencari selagi muda tidak hanya ikut dengan cuma-cuma dan tanpa bertanya, jangan takut salah dan berbuat alpa sebab dari situ para pembelajar bisa dewasa, karena hidup adalah rangkaian tanya demi tanya dan generasi pembelajar selalu berusaha mencari jawabannya"


Sunday 17 May 2015

Kita yang ber-59


Tak terasa waktu berputar, hingga mengantarkan kita dipenghujung tahun pengabdian yang memang sudah menjadi sebuah kewajiban bagi kita. Tak dapat dipungkiri setiap dari kita mempunyai cara masing-masing untuk meraih cita-cita. Tapi itu tak perlu khawatir, karena cerita kita akan tetap menjadi yang sempurna karena kita yang ber-lima sembilan.
            Senyum tipis sering menyeringai saat kembali ke tempat yang bercerita tentang kita. Entah itu candaan kecil ataupun perbuatan bodoh yang sering tak kita sadari saat melakukannya. Semua itu sering berputar dalam ingatan layaknya film yang diputar ulang. Lucu, aneh bahkan tak terduga, itu yang sering kita lakukan. Tak kenal waktu dan tempat apalagi usia, tapi untungnya kita masih tahu kondisi. Sehingga kita terkadang berlaku seperti anak kelas satu atau satu intensive KMI alias polos, menjadi pengayom yang bijak seperti kelas lima atau terkadang sedikit berulah seperti kelas 6 yang menjadi paling senior diantara yang lain.
Mungkin yang kita rasakan itu, sesuatu yang harus kita jamak alias dua rasa jadi satu, Aneh. Tapi itulah yang harus kita rasa sebagai angkatan perintis UNIDA Putri. Mengadakan yang belum ada itu pasti membutuhkan yang namanya 'Perjuangan'. Rasa aneh itu karena di tahun ini kita harus jadi senior dan junior sekaligus. Dua-duanya harus kita lakoni, menjadi pemikir sekaligus pelaksana semua yang kita pikirkan.
Dan untuk yang lanjut, akhirnya di tahun depan kita mau tak mau harus menjadi ‘mahasiswi karbitan‘ harus kita lakukan. karbitan? Yah begitulah, karena kita yang sebenarnya masih anak ingusan ditingkat universitas, tahun depan harus langsung loncat jadi senior atas para maba yang akan datang besok. Disuruh matang sebelum waktunya Hihihihi...
Dengan keadaan yang seadanya dan membutuh kesabaran yang ekstra. Kita masih percaya bahwa ini tak kan berlangsung lama. Pengaharapan dan do'a-do'a selalu kita selipkan dalam setiap do'a agar semuanya tak bertahan begini-begini saja. Hanya satu ingin kita tentang ini semua, sebuah kemajuan yang pasti. Karena kita ingin selalu bergerak dan menggerakkan. Bergerak dengan aturan yang ada, bergerak seperti api yang berkobar bukan seperti api dalam sekam. tak saling bersenggolan, tak saling menjatuhkan, tak saling memojokkan. Tapi rangkulan walau dengan medan yang berbeda, pelukan walau kita tak sama karena kita masih dalam satu naungan 'Gontor'.

Semoga harapan dan kesyukuran akan selalu ada dalam diri kita. Karena kita yang ber-lima sembilan. Cerita yang akan menjadi salah satu sejarah dalam hidup kita. Masa yang membuat kita berpikir lebih. Sebuah rasa yang tak mungkin dia atau bahkan mereka pahami. Ini tentang kita yang takkan habis bila diceritakan. Yang tak kan hilang oleh zaman. Kebersamaan yang mahal dengan berbagai macam kerikil tajam dan badai besar yang terkadang membuat kita tumbang. Tapi kita selalu bangkit rapatkan barisan, bergandeng tangan walau terkadang ada yang lupa tentang tujuan tapi kami mencoba saling mengingatkan. Kita akan tetap menjadi ber-lima sembilan dimanapun kita berada karena kita bagian dari cita-cita trimurti untuk perguruan tinggi ini. Ini hanya untuk kita dengan warna-warni kita. Wish us luck for one thousand miles of our journey

Friday 8 May 2015

Pembentukan Akhlak Karena Ibadah


Sudah terlanjur sering kita menemukan pola pikir manusia yang tak ingin mengkaitkan satu hal dengan hal yang lain. Kita lihat saja dari contoh yang paling sering kita jumpai yaitu antara agama dan politik yang sering terjadi dalam negara kita sendiri. Padahal ini adalah dua hal yang saling berkaitan adanya. Karena tak dapat dipungkiri, segala sesuatu yang kita lakukan di muka bumi pasti saling berkaitan satu sama lain.
Lalu bagaimana bila kita menilik ke dalam hal akhlak dan amalan ibadah dalam agama khususnya dalam pelaksanaan rukun islam yang ke lima. Apakah benar hal-hal yang kita lakukan dalam pelaksanaan haji dapat membentuk akhlak kita dalam kehidupan sehari-hari?
Ibadah sesungguhnya bukanlah suatu hal yang hanya bersifat simbolik, ‘penting mengerjakan’ yang berakibat pada sebuah formalitas tanpa adanya penghayatan dalam diri manusia itu sendiri.  Karena bila ibadah itu dilakukan tanpa adanya makna dalam kehidupan sehari-hari maka semua itu tidak akan memberi arti dan efek yang berarti. Disamping itu Arti penghayatan ibadah sendiri adalah melakukan apresiasi dan ekspresi ibadah itu dengan diiringi perbuatan-perbuatan yang bersifat aplikatif yang sejalan dengan hakikat dan hikmah ibadah.
Sedangkan hakekat haji adalah ibadah yang wajib dilaksankan oleh setiap muslim yang mampu. Mampu disini bukan hanya dalam finansial namun juga dalam jasmani dan rohani. Yang dimana seseorang dapat melakukan haji secara sempurna dengan beberapa bentuk ibadah yang termasuk dalam rukun dan wajib haji, seperti thawaf, sa’i, wukuf di Arafah, mabid di mudzdalifah, melontar jamrah, tahallul dan lainnya sebagai akitivitas untuk mencari ridhoNya.
Seorang haji yang mabrur biasanya akan mendapatkan pengaruh perubahan akhlak yang besar setelah pelaksanaan ibadahnya di tanah suci. Karena banyak hal yang tersurat maupun tersirat dari ibadah haji ini sangatlah berpengaruh dalam pembentukan akhlak. Seperti niat yang diucapkan berfungsi untuk menguatkan niat dalam hati sehingga terjadi keselarasan dalam diri seseorang. Dalam waktu ihrom yang dimana terdapat larangan-larangan yang harus dihindari ini memberi pelajaran pada kita bahwa kita tidak boleh tergoda dengan sesuatu yang mungkin akan membatalkan pekerjaaan kita. Wukuf adalah ibadah yang mengandung makna agar apa yang kita kerjakan harus kita jiwai dan menngerjakan sesuatu harus dengan hati. Thawaf yaitu ibadah mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh kali memiliki makna agar kita tidak kenal menyerah, berjuang sekuat tenaga menjalankan pekerjaan kita untuk meraih apa yang sudah ditargetkan. Sa’i yang dilakukan dengan berjalan kaki (lari-lari kecil) bolak-balik tujuh kali dari bukit shafa ke Marwah dan sebaliknya. Nilai etos kerja dalam ibadah ini adalah bahwa pekerjaan yang rutin setiap hari harus dilakukan dengan tekun dan istiqomah dan mempunyai target yang jelas. Melempar jumrah merupakan simbol perlawanan terhadap setan dan pembebasan diri dari iblis yang suka mengganggu manusia. Etos kerja yang tersurat di dalamnya telah terlihat jelas. Yang dimana kita sebagai manusia sebisa mungkin untuk mengekang hawa nafsu yang pasti datang dari setan. Hingga tahallul yang dimana kita mencukur rambut sebagai tanda dibolehkannya beberapa larangan saat berihrom yang bermakna agar kita berpikir jernih. Bahwa segala aturan yang ada harus ditaati yang berarti kita bekerja atau melakukan kegiatan harus sesuai dengan etika dan tata aturannya.

Setelah kita mengerti hubungan antara ibadah yang dilakukan dapat menimbulkan akhlak yang mulia bila dijiwainya. Karena semestinya ibadah itu tidak semata dilakukan hanya dalam satu dimensi saja. Karena ibadah dan akhlak satu dan lainnya saling menyatu dan seharusnya berjalan seiring seirama.