Wednesday 10 August 2016

Belum Indah Belum Berakhir

Heran dengan apa yang dijalani sekarang. Rasa tak percaya terlalu sering hinggap dalam benak padahal tahun ini sudah menginjak tahun ketiga di bangku kuliah dengan gelar Mahasiswa. Kata kenapa pun juga masih sering terlintas. Kenapa aku bisa jadi mahasiswi farmasi? Kenapa aku bisa memilih untuk terus berjalan disini? Kenapa aku tak mengejar apa yang sebenarnya aku senangi? Padahal  ‘mungkin’ akan lebih asyik saat aku bisa menekuni apa yang aku senangi. Plan A,B, C bahkan sampai Z ‘sepertinya’ banyak datang silih berganti.  Istirahat setahun sebelum kuliah lagi dengan mengambil jurusan teknik dulu menjadi pilihan utama tapi apalah daya orang tua lebih ikhlas jika anaknya ada dalam lingkungan pesantren walau diperguruan tinggi  A (ya sudahlah bagiku kayaknya kalo dapet orang teknik lumayan nih meleset-meleset dikit, sambil tersenyum licik ajah.*kidding).
Kita memang tak pernah tahu masa depan namun yang kita tahu sekarang adalah berbuat yang terbaik untuk hari ini karena masa depan dimulai dari apa yang kita lakukan sekarang. Hingga akhirnya aku harus terus sibuk dan bergerak dengan menyatukan hati, otak dan harapan. Tak jarang saat bertemu kelurga atau teman pertanyaan ‘emang bisa? Dari pondok yang belajar agama tiba-tiba ngambil farmasi?’ atau kalimat pertanyaan yang sedikit mengandung ejekan sering teringang menghiasi dua daun telinga. Tapi anggap mereka sebagai pemacu untuk terus maju lebih cepat karena kalau mereka bilang ‘jangan’ berarti itu batasan mereka tapi bukan kita. Mungkin kalimat saya bangun pagi ini bukan untuk menyenangkan anda terlihat terlalu individualis. Tapi itu bisa menjadikan hidup dengan lingkungan sedemikian terlihat ringan but with  a beautiful step.

Hidup yang diberikan oleh Sang Maha Pencipta ini hanya sekali maka hiduplah sekali yang punya banyak arti bukan hanya berarti. Karena semua yang digariskan oleh-Nya pasti ada maksud tersirat. Tidak ada yang tidak berguna namun yang ada hanya kita belum tahu gunanya. Tidak ada yang tidak berguna tinggal kita mau tidak mencari gunanya (jadi inget tulisan dosen anatomi pas semester 1 kemarin https://rofidalathifah.wordpress.com/2012/02/06/it-called-destiny-1/ ).Layak halnya mempelajari jurusan yang tak pernah menjadi idaman. Belajar dengan sungguh-sungguh tak ada ruginya. Lautan ikhlas harus tetap menjadi tampungan yang luas. Karena badai akan lebih kencang menerpa saat menuju pulau bayangan. Bismillah. lillah

1 comment:

  1. Dance and laughed, though the world is not as beautiful as expected ...

    ReplyDelete

Wednesday 10 August 2016

Belum Indah Belum Berakhir

Heran dengan apa yang dijalani sekarang. Rasa tak percaya terlalu sering hinggap dalam benak padahal tahun ini sudah menginjak tahun ketiga di bangku kuliah dengan gelar Mahasiswa. Kata kenapa pun juga masih sering terlintas. Kenapa aku bisa jadi mahasiswi farmasi? Kenapa aku bisa memilih untuk terus berjalan disini? Kenapa aku tak mengejar apa yang sebenarnya aku senangi? Padahal  ‘mungkin’ akan lebih asyik saat aku bisa menekuni apa yang aku senangi. Plan A,B, C bahkan sampai Z ‘sepertinya’ banyak datang silih berganti.  Istirahat setahun sebelum kuliah lagi dengan mengambil jurusan teknik dulu menjadi pilihan utama tapi apalah daya orang tua lebih ikhlas jika anaknya ada dalam lingkungan pesantren walau diperguruan tinggi  A (ya sudahlah bagiku kayaknya kalo dapet orang teknik lumayan nih meleset-meleset dikit, sambil tersenyum licik ajah.*kidding).
Kita memang tak pernah tahu masa depan namun yang kita tahu sekarang adalah berbuat yang terbaik untuk hari ini karena masa depan dimulai dari apa yang kita lakukan sekarang. Hingga akhirnya aku harus terus sibuk dan bergerak dengan menyatukan hati, otak dan harapan. Tak jarang saat bertemu kelurga atau teman pertanyaan ‘emang bisa? Dari pondok yang belajar agama tiba-tiba ngambil farmasi?’ atau kalimat pertanyaan yang sedikit mengandung ejekan sering teringang menghiasi dua daun telinga. Tapi anggap mereka sebagai pemacu untuk terus maju lebih cepat karena kalau mereka bilang ‘jangan’ berarti itu batasan mereka tapi bukan kita. Mungkin kalimat saya bangun pagi ini bukan untuk menyenangkan anda terlihat terlalu individualis. Tapi itu bisa menjadikan hidup dengan lingkungan sedemikian terlihat ringan but with  a beautiful step.

Hidup yang diberikan oleh Sang Maha Pencipta ini hanya sekali maka hiduplah sekali yang punya banyak arti bukan hanya berarti. Karena semua yang digariskan oleh-Nya pasti ada maksud tersirat. Tidak ada yang tidak berguna namun yang ada hanya kita belum tahu gunanya. Tidak ada yang tidak berguna tinggal kita mau tidak mencari gunanya (jadi inget tulisan dosen anatomi pas semester 1 kemarin https://rofidalathifah.wordpress.com/2012/02/06/it-called-destiny-1/ ).Layak halnya mempelajari jurusan yang tak pernah menjadi idaman. Belajar dengan sungguh-sungguh tak ada ruginya. Lautan ikhlas harus tetap menjadi tampungan yang luas. Karena badai akan lebih kencang menerpa saat menuju pulau bayangan. Bismillah. lillah

1 comment:

  1. Dance and laughed, though the world is not as beautiful as expected ...

    ReplyDelete