Berilmu untuk beramal

http://caturrinihistories.blogspot.co.id

Kebersamaan akan melahirkan sebuah kekuatan

caturrinistories@gmail.com

Perjuangan meraih S.Farm

http://caturrinihistories.blogspot.co.id

Tuesday 17 October 2017

Memeluk Angin (3)

Bel masuk telah berbunyi hingga membuatku harus segera menghabiskan mie beserta kuahnya hasil dari kebaikan dhela yang mau berbagi dengan seorang yang sejatinya telah makan nasi. Kali ini pelajaran IPS yang masuk pelajaran favorit dengan guru yang asyik dan satu hal lagi yang membuatku senang karena dia adalah satu-satunya pelajaran yang aku dan teman-temanku tak pernah melakukan praktek contek-mencontek. Maklumlah karena semua pelajaran yang beliau ajar sudah menjadi wajib tanpa ada praktek itu karena bagi kami itu adalah pelajaran dari seorang ibu karena beliau telah mengikuti dan memahami kami dari awal kami menginjakkan kaki di bangku sekoah menengah.
“kalian telah duduk seperti ini sudah seberapa lama?” tanya bu Niam seraya menunjuk salah salah satu dari kami yang kebetulan dia ketua kelas di tahun kedua kami.
“Satu semester bu kayaknya” sang pak ketuapun hanya bisa terheran-heran pertanyaan aneh yang tak lumrah ditanyakan sebelum kelas dimulai.
“baiklah sebaiknya mungkin kalian rolling tempat duduk agar kepala kalian tak terlalu noleh kanan dan tak terlalu noleh.

Tak pernah lagi aku berpikir tentangnya walau terkadang aku sadar tentangnya dengan segala tingkahnya dan aku hanya ingin menghirup angin itu tanpa perlu memeluknya erat karena sepertinya angin itu telah berjalan menuju langit. Ah sudahlah. Semua dari kami mulai berberes ke tempat-tempat yang telah ditentukan oleh ibu kedua kita. Entah angin apa kali ini yang aku hirup namun kali ini angin itu membuat aku tersedak. Dia berada tepat diurutan bangku setelahku. Hanya senyum datar yang bisa aku lakukan karena terbaca dalam mukanya dia pasti akan mulai dengan kejahilan kreatifnya lagi.
*butuh inspirasi lebih untuk menyelesaikan ini. segini dulu aja

Tuesday 17 October 2017

Memeluk Angin (3)

Bel masuk telah berbunyi hingga membuatku harus segera menghabiskan mie beserta kuahnya hasil dari kebaikan dhela yang mau berbagi dengan seorang yang sejatinya telah makan nasi. Kali ini pelajaran IPS yang masuk pelajaran favorit dengan guru yang asyik dan satu hal lagi yang membuatku senang karena dia adalah satu-satunya pelajaran yang aku dan teman-temanku tak pernah melakukan praktek contek-mencontek. Maklumlah karena semua pelajaran yang beliau ajar sudah menjadi wajib tanpa ada praktek itu karena bagi kami itu adalah pelajaran dari seorang ibu karena beliau telah mengikuti dan memahami kami dari awal kami menginjakkan kaki di bangku sekoah menengah.
“kalian telah duduk seperti ini sudah seberapa lama?” tanya bu Niam seraya menunjuk salah salah satu dari kami yang kebetulan dia ketua kelas di tahun kedua kami.
“Satu semester bu kayaknya” sang pak ketuapun hanya bisa terheran-heran pertanyaan aneh yang tak lumrah ditanyakan sebelum kelas dimulai.
“baiklah sebaiknya mungkin kalian rolling tempat duduk agar kepala kalian tak terlalu noleh kanan dan tak terlalu noleh.

Tak pernah lagi aku berpikir tentangnya walau terkadang aku sadar tentangnya dengan segala tingkahnya dan aku hanya ingin menghirup angin itu tanpa perlu memeluknya erat karena sepertinya angin itu telah berjalan menuju langit. Ah sudahlah. Semua dari kami mulai berberes ke tempat-tempat yang telah ditentukan oleh ibu kedua kita. Entah angin apa kali ini yang aku hirup namun kali ini angin itu membuat aku tersedak. Dia berada tepat diurutan bangku setelahku. Hanya senyum datar yang bisa aku lakukan karena terbaca dalam mukanya dia pasti akan mulai dengan kejahilan kreatifnya lagi.
*butuh inspirasi lebih untuk menyelesaikan ini. segini dulu aja