Berilmu untuk beramal

http://caturrinihistories.blogspot.co.id

Kebersamaan akan melahirkan sebuah kekuatan

caturrinistories@gmail.com

Perjuangan meraih S.Farm

http://caturrinihistories.blogspot.co.id

Wednesday 16 March 2016

Mencoba Mencari Makna Adil

Lebaran itu.. moment yang selalu aku tunggu. Moment yang semua keluarga berkumpul, safari ke tempat tetangga bareng-bareng. Hampir lengkap semuanya  kecuali satu, kakak laki-laki ku yang dulu hobinya tidur diwaktu yang tidak tepat tapi untunglah sekarang sudah sembuh dia dan aku lebih suka dia yang sekarang.
Beberapa tahun yang lalu, mungkin saat aku masih duduk di bangku sekolah dasar. Aku menemukan satu pelajaran yang ‘selalu’ tersirat dalam keluargaku. Saat tetangga yang juga saudara (ah sepertinya semua tetanggaku masih terhitung saudara dengan silsilah dan tingkatan masing) memberiku uang kertas bergambar Soekarno-Hatta sambil berkata “dibagi sama kakaknya ya” dan aku hanya iya iya saja.
Saat di jalan aku membuka percakapan
A: “mbak aku dapet uang 100 tadi ntar separo-separo ya biar adil”.
K: “adil itu berapa-berapa berarti?”
A: “50 50 lah berarti”
K: “ gak adillah”
A: “lah yang namanya adil itu harus sama kan?”
K: “ hahah, sepertinya kurang tepat kalo definisi adil itu sama, adil itu sesuai dengan kebutuhan. Sekarang kebutuhan yang gede sama yang kecil banyakkan mana? Yang gede kan? jadi ibaratnya pembagian itu adilnya 70 30 lah”
Aku hanya diam gak punya kata. Padahal biasanya gak abis akal aku buat ngejawab omongan siapapun yang menurutku kurang tepat atau kurang masuk akal bagiku. Tapi saat itu aku hanya diam dan selalu aku merenungi dan menelisik kata yang terlontar karena pasti ada maksud tersiratnya. Sudah terlalu biasa mengais sendiri hikmah dalam sebuah kalimat karena mungkin memang tak ada moment yang dimana kita duduk bersama secara lengkap dan mengobrolkan hal-hal yang terkadang sering dibahas tetang keluarga seperti tempat sekolah lanjutan, keadaan sekolah atau lingkungan dan lainnya. Orang tua selau menyerahkan penuh pada anak-anaknya dengan meninggalkan beberapa saran untuk masuk kedalam kategori layak direnungi.
Hingga aku kini kembali kedalam definisi adil yang selalu menjadi sesuatu kata dengan seribu makna tak ada yang tahu pasti. Tapi lumayan masuk akal bagiku walau mungkin kisah itu akan membuat orang mengernyit dan berkata “ah itu akal-akalan seorang kakak kepada adiknya. Namun kini aku sedikit menerka, bila definisi adil itu harus sama, maka mungkin Tuhan tak adil karena manusia tidak semua bahagia, tidak semua manusia kaya, tidak semua manusia pintar.
Karena hasil terka dan pertapaan makna ‘adil’ itu. Bahwa semua ada kadarnya tapi mungkin perlu catatan bila kita berbincang soal hukum khususnya agama karena kadar mereka telah ada dan tertulis jelas dalam setiap buku panduan kehidupan.

 #wallahu'alambishowab

Wednesday 16 March 2016

Mencoba Mencari Makna Adil

Lebaran itu.. moment yang selalu aku tunggu. Moment yang semua keluarga berkumpul, safari ke tempat tetangga bareng-bareng. Hampir lengkap semuanya  kecuali satu, kakak laki-laki ku yang dulu hobinya tidur diwaktu yang tidak tepat tapi untunglah sekarang sudah sembuh dia dan aku lebih suka dia yang sekarang.
Beberapa tahun yang lalu, mungkin saat aku masih duduk di bangku sekolah dasar. Aku menemukan satu pelajaran yang ‘selalu’ tersirat dalam keluargaku. Saat tetangga yang juga saudara (ah sepertinya semua tetanggaku masih terhitung saudara dengan silsilah dan tingkatan masing) memberiku uang kertas bergambar Soekarno-Hatta sambil berkata “dibagi sama kakaknya ya” dan aku hanya iya iya saja.
Saat di jalan aku membuka percakapan
A: “mbak aku dapet uang 100 tadi ntar separo-separo ya biar adil”.
K: “adil itu berapa-berapa berarti?”
A: “50 50 lah berarti”
K: “ gak adillah”
A: “lah yang namanya adil itu harus sama kan?”
K: “ hahah, sepertinya kurang tepat kalo definisi adil itu sama, adil itu sesuai dengan kebutuhan. Sekarang kebutuhan yang gede sama yang kecil banyakkan mana? Yang gede kan? jadi ibaratnya pembagian itu adilnya 70 30 lah”
Aku hanya diam gak punya kata. Padahal biasanya gak abis akal aku buat ngejawab omongan siapapun yang menurutku kurang tepat atau kurang masuk akal bagiku. Tapi saat itu aku hanya diam dan selalu aku merenungi dan menelisik kata yang terlontar karena pasti ada maksud tersiratnya. Sudah terlalu biasa mengais sendiri hikmah dalam sebuah kalimat karena mungkin memang tak ada moment yang dimana kita duduk bersama secara lengkap dan mengobrolkan hal-hal yang terkadang sering dibahas tetang keluarga seperti tempat sekolah lanjutan, keadaan sekolah atau lingkungan dan lainnya. Orang tua selau menyerahkan penuh pada anak-anaknya dengan meninggalkan beberapa saran untuk masuk kedalam kategori layak direnungi.
Hingga aku kini kembali kedalam definisi adil yang selalu menjadi sesuatu kata dengan seribu makna tak ada yang tahu pasti. Tapi lumayan masuk akal bagiku walau mungkin kisah itu akan membuat orang mengernyit dan berkata “ah itu akal-akalan seorang kakak kepada adiknya. Namun kini aku sedikit menerka, bila definisi adil itu harus sama, maka mungkin Tuhan tak adil karena manusia tidak semua bahagia, tidak semua manusia kaya, tidak semua manusia pintar.
Karena hasil terka dan pertapaan makna ‘adil’ itu. Bahwa semua ada kadarnya tapi mungkin perlu catatan bila kita berbincang soal hukum khususnya agama karena kadar mereka telah ada dan tertulis jelas dalam setiap buku panduan kehidupan.

 #wallahu'alambishowab