Sunday 3 January 2016

Anak Asrama, ½ Asrama-Kost dan Kost (Versi Cewek)



Tiga tipe anak kuliahan yang ada di Indonesia sekarang ini, mereka memiliki gelar yang sama ‘Mahasiswa’ tapi gaya hidup mereka beragam sesuai dengan gelar yang disandang oleh mereka ada yang anak asrama, ½ Asrama-Kost dan Kost. Banyak keunikan dan cerita masing-masing dari ketiga tipe ini yang bukan cuman saya yang menyadari itu bahkan yang lain pun telah menyadarinya mungkin lebih dulu dari saya. Tiga tipe yang mungkin berbeda tapi mungkin juga sama.

Anak asrama dan ½ asrama-kost yang hidup dalam sebuah lingkungan asrama yang ada peraturannya membuat mereka mau tidak mau harus mengikuti aturan main asrama dan para pengurusnya. Hingga kadang kata ‘suka banget ngurus hidup orang’ itu terlontar untuk sang kakak yang mau menyisihkan waktu dan fikirannya walau barang sebentar untuk memikirkan kebaikan mereka. Sebenarnya sih para kakak itu tak terlalu banyak harapan hanya satu keinginan untuk kemaslahatan bersama, yaitu peraturan yang ada berjalan dengan ritme yang seimbang untuk bersama sehingga kehidupan yang ada dalam asrama akan lebih damai dalam kebersamaan bila mungkin dibandingkan dengan anak kost yang mungkin mereka bisa hidup sendiri tanpa ada senggolan yang berarti dari teman yang berinteraksi selama 24 jam dengannya. Tapi walau anak asrama dan ½ asrama kost ini sama-sama tinggal di asrama, namun peraturan dalam hal keluar asrama mereka masih berbeda. Anak asrama ingin kemana saja mereka harus melakukan ritul yang namanya izin ke pengurus yang berwenang sedang untuk anak ½ asrama-kost mereka ingin kemana saja silahkan asal pada waktu yang ditentukan mereka ada di asrama. Nah beda lagi kalau dengan anak kost yang apalagi kostannya tak pakai ibu kost. Maka saat itu hanya hati yang bisa mengukur kapan jam mereka pulang ke persinggahan.

Beda lagi kalau soal makan, diantara ketiganya ini mempunyai level kesulitan masing-masing untuk mendapatkan si putih berkarbohidrat ini. Kalau anak asrama sih sudah terhidang di atas meja dengan efek berkilau-kilau hasil karya si mbok e. Bahkan baru buka mata aja sudah bisa langsung santap. Tapi tetap dengan sedikit perjuangan yaitu jalan dari kamar ke tempat makan. Hal ini bisa saja anugerah terindah sebagai anak rantau tapi juga mungkin musibah karena akhirnya lebih banyak dari mereka yang notabene sebagai anak rantau tak bisa dalam hal masak memasak. Level kesulitan anak ½ asrama-kost untuk mendapat si putih berkarbohidrat adalah dia harus berjalan ke kantin asrama, memesan makanan lalu ngerogoh kocek untuk bayar makanan yang di pesan tadi. Sebenarnya hampir sama dengan anak asrama, tapi kalau anak asrama makan untuk setiap harinya sudah di bayar per bulan hingga uang yang ada dalam saku itu hanya jatah uang jajan dan uang printer. Kalau anak kost apalagi kostannya tidak ditemukan warung terdekat, terkadang sarapan saja bisa dijamak dengan makan siang dan disesuaikan dengan jadwal kuliah jadi bisa sekalian kuliah dan makan. Salut dengan anak kost yang bisa hemat-hemat dalam makan dan jajan. Pemikiran yang sangat ekonomis walau terkadang ada yang sampai harus lipat perut untuk itu.

Kalau masalah barang-barang jang ditanya lagi untuk anak asrama dan ½ asrama-kost. Kita tak punya suatu barang yang ‘kadang-kadang’ kita butuh, it’s ok masih ada teman samping lemari yang siap membantu. Tapi bukan maksud untuk memanfaatkan barang punya temen yang ada. Hanya menggunakan yang ada bersama dengan tanggungjawab pastinya. Beda lagi kalau anak kost, terkadang harus punya sendiri dengan barang yang kita butuhkan, teman samping kamar terkadang tak banyak membantu karena mempunyai kesibukan yang lain karena mungkin teman samping kamar bukan teman satu perguruan tinggi.

Apapun tipe kita sebagai mahasiswa dan dimanapun kita menuntut ilmu semuanya pasti memiliki kelebihan ada kekurangan yang kadang terungkap dan kadang banyak yang tak terungkap. Hanya satu yang pasti yaitu mensyukuri apa yang telah diberikan oleh-Nya. Bukan hanya saat kita sedang bahagia tapi juga saat kita dalam kesulitan. Karena Dia selalu ada untuk hamba-Nya kapanpun itu saat seorang hamba membutuhkan.




0 comments:

Post a Comment

Sunday 3 January 2016

Anak Asrama, ½ Asrama-Kost dan Kost (Versi Cewek)



Tiga tipe anak kuliahan yang ada di Indonesia sekarang ini, mereka memiliki gelar yang sama ‘Mahasiswa’ tapi gaya hidup mereka beragam sesuai dengan gelar yang disandang oleh mereka ada yang anak asrama, ½ Asrama-Kost dan Kost. Banyak keunikan dan cerita masing-masing dari ketiga tipe ini yang bukan cuman saya yang menyadari itu bahkan yang lain pun telah menyadarinya mungkin lebih dulu dari saya. Tiga tipe yang mungkin berbeda tapi mungkin juga sama.

Anak asrama dan ½ asrama-kost yang hidup dalam sebuah lingkungan asrama yang ada peraturannya membuat mereka mau tidak mau harus mengikuti aturan main asrama dan para pengurusnya. Hingga kadang kata ‘suka banget ngurus hidup orang’ itu terlontar untuk sang kakak yang mau menyisihkan waktu dan fikirannya walau barang sebentar untuk memikirkan kebaikan mereka. Sebenarnya sih para kakak itu tak terlalu banyak harapan hanya satu keinginan untuk kemaslahatan bersama, yaitu peraturan yang ada berjalan dengan ritme yang seimbang untuk bersama sehingga kehidupan yang ada dalam asrama akan lebih damai dalam kebersamaan bila mungkin dibandingkan dengan anak kost yang mungkin mereka bisa hidup sendiri tanpa ada senggolan yang berarti dari teman yang berinteraksi selama 24 jam dengannya. Tapi walau anak asrama dan ½ asrama kost ini sama-sama tinggal di asrama, namun peraturan dalam hal keluar asrama mereka masih berbeda. Anak asrama ingin kemana saja mereka harus melakukan ritul yang namanya izin ke pengurus yang berwenang sedang untuk anak ½ asrama-kost mereka ingin kemana saja silahkan asal pada waktu yang ditentukan mereka ada di asrama. Nah beda lagi kalau dengan anak kost yang apalagi kostannya tak pakai ibu kost. Maka saat itu hanya hati yang bisa mengukur kapan jam mereka pulang ke persinggahan.

Beda lagi kalau soal makan, diantara ketiganya ini mempunyai level kesulitan masing-masing untuk mendapatkan si putih berkarbohidrat ini. Kalau anak asrama sih sudah terhidang di atas meja dengan efek berkilau-kilau hasil karya si mbok e. Bahkan baru buka mata aja sudah bisa langsung santap. Tapi tetap dengan sedikit perjuangan yaitu jalan dari kamar ke tempat makan. Hal ini bisa saja anugerah terindah sebagai anak rantau tapi juga mungkin musibah karena akhirnya lebih banyak dari mereka yang notabene sebagai anak rantau tak bisa dalam hal masak memasak. Level kesulitan anak ½ asrama-kost untuk mendapat si putih berkarbohidrat adalah dia harus berjalan ke kantin asrama, memesan makanan lalu ngerogoh kocek untuk bayar makanan yang di pesan tadi. Sebenarnya hampir sama dengan anak asrama, tapi kalau anak asrama makan untuk setiap harinya sudah di bayar per bulan hingga uang yang ada dalam saku itu hanya jatah uang jajan dan uang printer. Kalau anak kost apalagi kostannya tidak ditemukan warung terdekat, terkadang sarapan saja bisa dijamak dengan makan siang dan disesuaikan dengan jadwal kuliah jadi bisa sekalian kuliah dan makan. Salut dengan anak kost yang bisa hemat-hemat dalam makan dan jajan. Pemikiran yang sangat ekonomis walau terkadang ada yang sampai harus lipat perut untuk itu.

Kalau masalah barang-barang jang ditanya lagi untuk anak asrama dan ½ asrama-kost. Kita tak punya suatu barang yang ‘kadang-kadang’ kita butuh, it’s ok masih ada teman samping lemari yang siap membantu. Tapi bukan maksud untuk memanfaatkan barang punya temen yang ada. Hanya menggunakan yang ada bersama dengan tanggungjawab pastinya. Beda lagi kalau anak kost, terkadang harus punya sendiri dengan barang yang kita butuhkan, teman samping kamar terkadang tak banyak membantu karena mempunyai kesibukan yang lain karena mungkin teman samping kamar bukan teman satu perguruan tinggi.

Apapun tipe kita sebagai mahasiswa dan dimanapun kita menuntut ilmu semuanya pasti memiliki kelebihan ada kekurangan yang kadang terungkap dan kadang banyak yang tak terungkap. Hanya satu yang pasti yaitu mensyukuri apa yang telah diberikan oleh-Nya. Bukan hanya saat kita sedang bahagia tapi juga saat kita dalam kesulitan. Karena Dia selalu ada untuk hamba-Nya kapanpun itu saat seorang hamba membutuhkan.




No comments:

Post a Comment