Wednesday 6 January 2016

Anemia Pada Ibu Hamil


BAB I

PENDAHULUAN



  1. Latar Belakang

Agar dapat melakukan persalinan yang normal maka ibu harus menjaga kesehatan diri dan bayinya dengan memenuhi jumlah nutrisi atau gizi yang dibutuhkan atau biasa disebut dengan pemenuhan status gizi pada ibu hamil. Status gizi itu sendiri adalah ekspresi dari keadaan seimbang dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel. Sedang status gizi ibu hamil adalah suatu keadaan keseimbangan atau perwujudan nutrisi pada ibu hamil.[1] Status gizi ibu hamil diduga menjadi salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan janin termasuk berat dan panjang bayi saat lahir. Berat dan panjang lahir menentukan status gizi dan pertumbuhan linier anak di masa mendatang.

Penyebab ibu kurang menyadari akan kebutuhan nutrisi bagi dirinya dan sang bayi karena masih ada ibu hamil yang belum dapat mengatur keseimbangan pola makan atau nutrisi selama kehamilannya. Tinggi atau rendahnya tingkat pengetahuan seseorang akan berpengaruh terhadap sikap, perilaku dan pola pikir. Sebab pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.[2]

Salah satu bukti bahwa kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang masalah-masalah kehamilan adalah masih adanya ibu hamil yang berpendapat bahwa semakin besar ukuran janin maka semakin sehat pula janin yang dikandungnya dan juga anggapan bahwa semakin banyak nutrisi yang dikonsumsi ibu maka semua kebutuhan gizi bagi janin akan terpenuhi.[3]

Hingga akhirnya banyak hal yang timbul dari ketidaktahuan para ibu hamil ini. Yang salah satunya adalah anemia. Anemia adalah keadaan kadar hemoglobin (Hb) di darah lebih rendah dibandingkan nilai normal untuk jenis kelamin dan usianya.[4] Dengan hal ini tak jarang para ibu mulai khawatir dan mulai mengkonsumsi makanan ataupun suplemen yang terkadang mereka sendiri tak mengetahui apa kandungan dan manfaat yang didapatnya. Karena yang ada dalam benak mereka adalah untuk kebaikan dirinya dan janin yang dikandungnya.



  1. Tujuan

  1. Untuk mengetahui kebutuhan makro dan mikro di masa kehamilan.
  2. Mengetahui penyebab dan pengaruh anemia pada ibu hamil serta efek terhadap suplemen-suplemen yang dikonsumsi saat kehamilan.
  3. Mengetahui kebutuhan zat gizi pada ibu hamil.
  4. Mengetahui pencegahan dan penanggulangan pada ibu hamil yang mengalami anemia gizi besi.





















BAB II

PEMBAHASAN



  1. Jenis Kebutuhan Zat Gizi di Masa Kehamilan

Pada saat kehamilan segala kebutuhan gizi ibu hamil bisa menjadi dua kali lipat dari kebutuhan biasanya saat tidak mengandung. Hal ini dikarenakan zat gizi yang dikonsumsi oleh ibu hamil itu tak hanya untuk dirinya namun juga untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Karena bila kebutuhan zat gizi pada janin tak tercukupi maka dapat beresiko pada janin tumbuh tidak sempurna atau kelahiran cacat pada nantinya.

Terdapat dua jenis zat gizi yang dibutuhkan bagi ibu hamil yaitu zat gizi makro yang terdiri dari energi, protein, lemak,karbohidrat dan juga zat gizi mikro yang terdiri dari kalsium, fosfor dan vitamin D, Fe (zat besi), yodium, zink, magnesium (mg), mangan (Mn), Asama folat, vitamin E, vitamin A, vitamin K, vitamin C dan vitamin B.[5]

Jumlah kebutuhan dan kegunan zat gizi pada zat gizi makro antara lain kebutuhan kalori pada ibu hamil tergantung pada aktivitas dan peningkatan BMR. Serta untuk ibu hamil ditambahkan 300 kalori/hari dari kebutuhan waktu tidak hamil. Lalu protein yang diberikan tinggi untuk menunjang pembentukan sel-sel baru bagi ibu dan bayi. Penambahan protein bagi ibu hamil sebesar 10g/kg BB/hari. Lalu zat gizi makro lainnya adalah lemak yang dimana lemak harus dipilih yang banyak mengandung asam lemak essensial yang sangat diperlukan oleh tubuh selama kehamilan. Dan juga zat gizi makro lainnya adalah karbohidrat yang dimana akumulasi hidrat arang tidak banyak terjadi, kecuali dalam bentuk jaringan hidrat arang struktural yang ada pada otak, tulang rawan dan juga jaringan ikat.

Sedang kebutuhan dan kegunaan zat gizi pada zat gizi mikro adalah kalsium, fosfor dan vitamin D. Ketiga zat gizi ini dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan gigi pada janin. Pada trisemester pertama ibu hamil harus meningkatkan Fe (zat besi) untuk kepentingan kadar Hb dalam darah untuk transfer pada plasenta, janin dan persiapan kelahiran. Kebutuhan Fe selama kelahiran enam minggu/1.000 kal. Lalu yodium merupakan salah satu mineral untuk pembentukan hormon tiroksin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan janin dan kebutuhan selama kehamilan adalah 125 mikrogram/hari. Zink berperan pada pembentukan retinol biding protein sehingga vitamin A tidak dapat di transfer ke fetus. Magnesium (mg) berperan sebagai pembentukan tulang yang bekerjasama dengan Mangan (Mn). Untuk kebutuhan asam folat adalah 400-800 mikrogram/hari yang dibutuhkan selama kehamilan untuk pemecahan sel dan sintesis DNA. Vitamin E dibutukan untuk pertumbuhan ibu dan janinnya saja. Vitamin K untuk menghindari terjadinya kelainan darah pada janin. Vitamin C dibutuhkan 60 mg/hari untuk pembentukan substansi ekstraseluler jaringan pada janin dan vitamin B berperan sebagai loenzim agar zat gizi kalori protein dapat diganti sebagai energi.



  1. Anemia Pada Ibu Hamil

Meningkatnya kebutuhan asupan zat besi selama kehamilan menyebabkan ibu hamil berisiko tinggi mengalami anemia kurang zat besi. Penyebab terjadinya anemia adalah konsumsi makanan yang kurang (jumlah dan mutu) dan penyakit infeksi. Konsumsi makanan yang kurang dan penyakit infeksi tersebut juga dikenal sebagai penyebab primer. Sedangkan konsumsi makanan yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor (penyebab sekunder) seperti ketersediaan zat gizi dalam makanan memang kurang, daya beli atau tingkat pendapatan yang rendah sehingga tidak mampu untuk membeli bahan makanan, serta kebiasaan makanan yang kurang baik, konsumsi makanan yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor.[6]

Menurut WHO pada tahun 2012 Ibu yang anemia memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk memiliki good pregnancy outcomes dibandingkan ibu yang tidak mengalami anemia, risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan premature dan juga melahirkan bayi dengan simpanan zat besi yang 50% lebih rendah. WHO global database tentang prevalensi anemia tahun 1993-2005 melaporkan bahwa anemia dialami oleh 47.4% ibu hamil di dunia. Di Indonesia, dengan prevalensi yang lebih besar dari 40%, yang berarti sekitar 2 juta orang, prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia tergolong masalah kesehatan masyarakat yang serius/berat.[7]

Dengan resiko yang tinggi ini masih banyak para ibu yang tak mengetahuinya. Anggapan bahwa anemia adala hal yang tidak membahayakan dapat mengakibatkan para ibu tidak mengikuti program-program atau konsumsi-konsumsi suplemen zat besi (Fe). Bahkan pemberian ini seharusnya sebelum mereka memasuki masa kehamilan dengan demikian mereka dapat memasuki masa kehamilan dengan tidak mengalami anemia dan tidak harus merasa takut akan akibat yang ditimbulkan dari anemia itu sendiri.

Beberapa dampak yang dihasilkan bila ibu mengalami anemia adalah tergambar pada dampaknya meningkatkan angka kemtian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), menurunkan prestasi belajar anak sekolah serta menurunnya produktivitas para pekerja yitu 10-20%.[8]

Salah satu program agar tidak mengalami anemia adalah dengan program suplementasi tablet besi (iron-folic acid suplementation atau IFAS). Ibu hamil direkomendasikan untuk minum 1 tablet IFA (terdiri dari 60 mg elemental iron dan 0.25 mg folic acid) tiap hari selama minimal 90 hari selama kehamilan hingga 42 hari pasca melahirkan.[9]

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan program suplementasi tablet besi ini berhasil antara lain perlunya konseling dari petugas kesehatan yang jelas sehingga dapat memotivasi para ibu hamil untuk lebih teratur dalam mengkonsumsi tablet IFA, tidak terjadinya forgetfulness dengan memberikan saran tentang strategi yang dapat membantu ibu mengingat, dukungan keluarga dalam bentuk mengingatkan ibu hamil untuk mengkonsumsi tablet IFA karena tablet harus dikonsumsi setiap hari dalam jangka waktu yang panjang, pengetahuan ibu tentang program IFAS, tidak terhambatnya dalam hal ekonomi bilamana tablet ini diharuskan membayar namun sebagian besar ibu hamil termasuk Indonesia mendapatkan tablet ini tanpa membayar, dengan tidak munculnya kepercayaan-kepercayaan tradisional/turun menurun sehingga tidak mengakibatkan ibu hamil tidak mengkonsumsi tablet besi ini.[10]

Dalam sebuah penelitian pada wanita usia subur yang dimana terdapat tiga kelompok perlakuan dengan pemberian suplemen yaitu suplemen besi folat yang berisi Ferrous sulfat 200 mg yang setara dengan zat besi elemental 60 mg dan asam folat 400 μg. Yang diberikan tiga kali per minggu selama 2,5 bulan (10 minggu). Dan seminggu sebelum dimulai suplementasi, dilakukan pemberian obat cacing untuk mnghilangkan pengaruh infestasi cacing dan uji laju endap darah (LED) untuk mengetahui kemungkinan adanya infeksi (radang). Selain itu, dilakukan penilaian status gizi antropometri.[11]



  1. Penanggulangan dan pencegahan anemia pada ibu hamil

Kebutuhan zat gizi besi selama hamil diperhitungkan untuk hemaglobin 500 mg, janin 290 mg, plasenta 25 mg dan basal loses yang diperhitungkan sama dengan kebutuhan pada saat sebelum hamil sebesar 220 mg. Jadi kebutuhan zat besi selama ibu hamil adalah 1035 mg. Sedang Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia adalah kecukupan zat besi pada kondisi normal (sebelum hamil) 26 mg/hari ditambah 9 mg pada umur khamilan trisemester II dan 13 mg pada umur kehamilan trisemester III.[12]

Upaya pencegahan anemia gizi besi adalah dengan penatalaksanaan konsumsi zat besi, energi dan protein pada ibu hamil. Oleh karena itupenatalaksanaan konsumsi diatur makan lebih banyak dari biasanya, atau volumenya sama seperti biasanya tetapi frekuensinya ditambah atau menjadi lebih sering yaitu biasanya tiga kali sehari menjadi empat kali sehari. Pencegahan lainnya juga dapat dilakukan dengan deteksi dini untuk mengetahui adanya indikasi anemia gizi besi dengan mlakukan pemeriksaan kadar Hb darah pada jadwal yang ditentukan baik pada bidan desa maupun pada saat pemeriksaan di puskesmas. Dan juga dengan mengkonsumsi tablet tambah darah yang diberikan selama sekitar 3 bulan yang dimana hal ini dimaksudkan untuk pencegahan dan cadangan pada saat melahirkan. Sehingga kemungkinan terjadinya perdarahan pada saat melahirkan dapat dicegah lebih dini.[13]





















BAB III

PENUTUP



Kesimpulan

  1. Terdapat dua jenis zat gizi yang dibutuhkan bagi ibu hamil yaitu zat gizi makro yang terdiri dari energi, protein, lemak,karbohidrat dan juga zat gizi mikro yang terdiri dari kalsium, fosfor dan vitamin D, Fe (zat besi), yodium, zink, magnesium (mg), mangan (Mn), Asama folat, vitamin E, vitamin A, vitamin K, vitamin C dan vitamin B.
  2. Penyebab terjadinya anemia adalah konsumsi makanan yang kurang (jumlah dan mutu) dan penyakit infeksi. Konsumsi makanan yang kurang dan penyakit infeksi tersebut juga dikenal sebagai penyebab primer. Sedangkan konsumsi makanan yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor (penyebab sekunder) seperti ketersediaan zat gizi dalam makanan memang kurang, daya beli atau tingkat pndapatan yang rendah sehingga tidak mampu untuk membeli bahan makanan, serta kebiasaan makanan yang kurang baik.konsumsi makanan yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor
  3. Dampak yang dihasilkan bila ibu mengalami anemia adalah tergambar pada dampaknya meningkatkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), menurunkan prestasi belajar anak sekolah serta menurunnya produktivitas para pekerja yitu 10-20%.
  4. Kecukupan zat besi pada kondisi normal (sebelum hamil) 26 mg/hari ditambah 9 mg pada umur khamilan trisemester II dan 13 mg pada umur kehamilan trisemester III.
  5. Upaya pencegahan anemia gizi besi adalah dengan penatalaksanaan konsumsi zat besi, energi dan protein pada ibu hamil, deteksi dini untuk mengetahui adanya indikasi anemia gizi besi dengan melakukan pemeriksaan kadar Hb darah pada jadwal yang ditentukan, mengkonsumsi tablet tambah darah yang diberikan selama sekitar 3 bulan.



DAFTAR PUSTAKA

[1] Agustin Tri dan Hermania Humune, Kejadian Kurang Energi Kronis Pada Ibu Hamil Berdasarkan Umur, Paritas dan Pendidikan, Akademi kebidanan Griya Husada

2Agil Trisnasiwi dkk., Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Makrosomia dengan Pola Nutrisi Selama Hamil, Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 3 No.2 Edisi Desember 2012

3 Yakwitoro Indriani, Peningkatan Status Besi dan Kebugaran Fisik Pekerja Wanita Usia Subur, Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6 (3): 178-185

4Merryana Adriani, 2012, Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan, Kencana, Jakarta, hal. 22

5 I Made Purnadhibrata, Upaya Pencegahan Anemi Gizi Besi Pada Ibu Hamil, Jurnal Ilmu Gizi, Vol. 2 No. 2, Agustus 2011 118-124

6 Luh Ade, dkk. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Ibu Mengonsumsi Tablet Besi-Folat Selama Kehamilan, Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2013, 8 (1): 63-70 ISSN 1978-1059



[1] Tri, Agustin dan Humune, Hermania, Kejadian Kurang Energi Kronis Pada Ibu Hamil Berdasarkan Umur, Paritas dan Pendidikan, Akademi kebidanan Griya Husada
[2] Trisnasiwi, Agil, dkk., Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Makrosomia dengan Pola Nutrisi Selama Hamil, Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 3 No.2 Edisi Desember 2012
[3] Trinasiwi, Agil dkk., Ibid.
[4] Indriani, Yakwitoro, Peningkatan Status Besi dan Kebugaran Fisik Pekerja Wanita Usia Subur, Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6 (3): 178-185
[5] Adriani, Merryana, 2012, Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan, Kencana, Jakarta, hal. 22
[6] Purnadhibrata, IM, Upaya Pencegahan Anemi Gizi Besi Pada Ibu Hamil, Jurnal Ilmu Gizi, Vol. 2 No. 2, Agustus 2011 118-124
[7] Ade, Luh dkk. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Ibu Mengonsumsi Tablet Besi-Folat Selama Kehamilan, Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2013, 8 (1): 63-70 ISSN 1978-1059
[8] Purnadhibrata, IM, Loc. Cit
[9] Ade, Luh dkk. Loc. Cit
[10] Indriani, Yaktiworo dkk., Loc. Cit
[11] Indriani, Yaktiworo dkk., Ibid.
[12] Purnadhibrata, IM, Loc. Cit
[13] Purnadhibrata, IM, Ibid.

0 comments:

Post a Comment

Wednesday 6 January 2016

Anemia Pada Ibu Hamil


BAB I

PENDAHULUAN



  1. Latar Belakang

Agar dapat melakukan persalinan yang normal maka ibu harus menjaga kesehatan diri dan bayinya dengan memenuhi jumlah nutrisi atau gizi yang dibutuhkan atau biasa disebut dengan pemenuhan status gizi pada ibu hamil. Status gizi itu sendiri adalah ekspresi dari keadaan seimbang dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel. Sedang status gizi ibu hamil adalah suatu keadaan keseimbangan atau perwujudan nutrisi pada ibu hamil.[1] Status gizi ibu hamil diduga menjadi salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan janin termasuk berat dan panjang bayi saat lahir. Berat dan panjang lahir menentukan status gizi dan pertumbuhan linier anak di masa mendatang.

Penyebab ibu kurang menyadari akan kebutuhan nutrisi bagi dirinya dan sang bayi karena masih ada ibu hamil yang belum dapat mengatur keseimbangan pola makan atau nutrisi selama kehamilannya. Tinggi atau rendahnya tingkat pengetahuan seseorang akan berpengaruh terhadap sikap, perilaku dan pola pikir. Sebab pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.[2]

Salah satu bukti bahwa kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang masalah-masalah kehamilan adalah masih adanya ibu hamil yang berpendapat bahwa semakin besar ukuran janin maka semakin sehat pula janin yang dikandungnya dan juga anggapan bahwa semakin banyak nutrisi yang dikonsumsi ibu maka semua kebutuhan gizi bagi janin akan terpenuhi.[3]

Hingga akhirnya banyak hal yang timbul dari ketidaktahuan para ibu hamil ini. Yang salah satunya adalah anemia. Anemia adalah keadaan kadar hemoglobin (Hb) di darah lebih rendah dibandingkan nilai normal untuk jenis kelamin dan usianya.[4] Dengan hal ini tak jarang para ibu mulai khawatir dan mulai mengkonsumsi makanan ataupun suplemen yang terkadang mereka sendiri tak mengetahui apa kandungan dan manfaat yang didapatnya. Karena yang ada dalam benak mereka adalah untuk kebaikan dirinya dan janin yang dikandungnya.



  1. Tujuan

  1. Untuk mengetahui kebutuhan makro dan mikro di masa kehamilan.
  2. Mengetahui penyebab dan pengaruh anemia pada ibu hamil serta efek terhadap suplemen-suplemen yang dikonsumsi saat kehamilan.
  3. Mengetahui kebutuhan zat gizi pada ibu hamil.
  4. Mengetahui pencegahan dan penanggulangan pada ibu hamil yang mengalami anemia gizi besi.





















BAB II

PEMBAHASAN



  1. Jenis Kebutuhan Zat Gizi di Masa Kehamilan

Pada saat kehamilan segala kebutuhan gizi ibu hamil bisa menjadi dua kali lipat dari kebutuhan biasanya saat tidak mengandung. Hal ini dikarenakan zat gizi yang dikonsumsi oleh ibu hamil itu tak hanya untuk dirinya namun juga untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Karena bila kebutuhan zat gizi pada janin tak tercukupi maka dapat beresiko pada janin tumbuh tidak sempurna atau kelahiran cacat pada nantinya.

Terdapat dua jenis zat gizi yang dibutuhkan bagi ibu hamil yaitu zat gizi makro yang terdiri dari energi, protein, lemak,karbohidrat dan juga zat gizi mikro yang terdiri dari kalsium, fosfor dan vitamin D, Fe (zat besi), yodium, zink, magnesium (mg), mangan (Mn), Asama folat, vitamin E, vitamin A, vitamin K, vitamin C dan vitamin B.[5]

Jumlah kebutuhan dan kegunan zat gizi pada zat gizi makro antara lain kebutuhan kalori pada ibu hamil tergantung pada aktivitas dan peningkatan BMR. Serta untuk ibu hamil ditambahkan 300 kalori/hari dari kebutuhan waktu tidak hamil. Lalu protein yang diberikan tinggi untuk menunjang pembentukan sel-sel baru bagi ibu dan bayi. Penambahan protein bagi ibu hamil sebesar 10g/kg BB/hari. Lalu zat gizi makro lainnya adalah lemak yang dimana lemak harus dipilih yang banyak mengandung asam lemak essensial yang sangat diperlukan oleh tubuh selama kehamilan. Dan juga zat gizi makro lainnya adalah karbohidrat yang dimana akumulasi hidrat arang tidak banyak terjadi, kecuali dalam bentuk jaringan hidrat arang struktural yang ada pada otak, tulang rawan dan juga jaringan ikat.

Sedang kebutuhan dan kegunaan zat gizi pada zat gizi mikro adalah kalsium, fosfor dan vitamin D. Ketiga zat gizi ini dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan gigi pada janin. Pada trisemester pertama ibu hamil harus meningkatkan Fe (zat besi) untuk kepentingan kadar Hb dalam darah untuk transfer pada plasenta, janin dan persiapan kelahiran. Kebutuhan Fe selama kelahiran enam minggu/1.000 kal. Lalu yodium merupakan salah satu mineral untuk pembentukan hormon tiroksin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan janin dan kebutuhan selama kehamilan adalah 125 mikrogram/hari. Zink berperan pada pembentukan retinol biding protein sehingga vitamin A tidak dapat di transfer ke fetus. Magnesium (mg) berperan sebagai pembentukan tulang yang bekerjasama dengan Mangan (Mn). Untuk kebutuhan asam folat adalah 400-800 mikrogram/hari yang dibutuhkan selama kehamilan untuk pemecahan sel dan sintesis DNA. Vitamin E dibutukan untuk pertumbuhan ibu dan janinnya saja. Vitamin K untuk menghindari terjadinya kelainan darah pada janin. Vitamin C dibutuhkan 60 mg/hari untuk pembentukan substansi ekstraseluler jaringan pada janin dan vitamin B berperan sebagai loenzim agar zat gizi kalori protein dapat diganti sebagai energi.



  1. Anemia Pada Ibu Hamil

Meningkatnya kebutuhan asupan zat besi selama kehamilan menyebabkan ibu hamil berisiko tinggi mengalami anemia kurang zat besi. Penyebab terjadinya anemia adalah konsumsi makanan yang kurang (jumlah dan mutu) dan penyakit infeksi. Konsumsi makanan yang kurang dan penyakit infeksi tersebut juga dikenal sebagai penyebab primer. Sedangkan konsumsi makanan yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor (penyebab sekunder) seperti ketersediaan zat gizi dalam makanan memang kurang, daya beli atau tingkat pendapatan yang rendah sehingga tidak mampu untuk membeli bahan makanan, serta kebiasaan makanan yang kurang baik, konsumsi makanan yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor.[6]

Menurut WHO pada tahun 2012 Ibu yang anemia memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk memiliki good pregnancy outcomes dibandingkan ibu yang tidak mengalami anemia, risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan premature dan juga melahirkan bayi dengan simpanan zat besi yang 50% lebih rendah. WHO global database tentang prevalensi anemia tahun 1993-2005 melaporkan bahwa anemia dialami oleh 47.4% ibu hamil di dunia. Di Indonesia, dengan prevalensi yang lebih besar dari 40%, yang berarti sekitar 2 juta orang, prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia tergolong masalah kesehatan masyarakat yang serius/berat.[7]

Dengan resiko yang tinggi ini masih banyak para ibu yang tak mengetahuinya. Anggapan bahwa anemia adala hal yang tidak membahayakan dapat mengakibatkan para ibu tidak mengikuti program-program atau konsumsi-konsumsi suplemen zat besi (Fe). Bahkan pemberian ini seharusnya sebelum mereka memasuki masa kehamilan dengan demikian mereka dapat memasuki masa kehamilan dengan tidak mengalami anemia dan tidak harus merasa takut akan akibat yang ditimbulkan dari anemia itu sendiri.

Beberapa dampak yang dihasilkan bila ibu mengalami anemia adalah tergambar pada dampaknya meningkatkan angka kemtian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), menurunkan prestasi belajar anak sekolah serta menurunnya produktivitas para pekerja yitu 10-20%.[8]

Salah satu program agar tidak mengalami anemia adalah dengan program suplementasi tablet besi (iron-folic acid suplementation atau IFAS). Ibu hamil direkomendasikan untuk minum 1 tablet IFA (terdiri dari 60 mg elemental iron dan 0.25 mg folic acid) tiap hari selama minimal 90 hari selama kehamilan hingga 42 hari pasca melahirkan.[9]

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan program suplementasi tablet besi ini berhasil antara lain perlunya konseling dari petugas kesehatan yang jelas sehingga dapat memotivasi para ibu hamil untuk lebih teratur dalam mengkonsumsi tablet IFA, tidak terjadinya forgetfulness dengan memberikan saran tentang strategi yang dapat membantu ibu mengingat, dukungan keluarga dalam bentuk mengingatkan ibu hamil untuk mengkonsumsi tablet IFA karena tablet harus dikonsumsi setiap hari dalam jangka waktu yang panjang, pengetahuan ibu tentang program IFAS, tidak terhambatnya dalam hal ekonomi bilamana tablet ini diharuskan membayar namun sebagian besar ibu hamil termasuk Indonesia mendapatkan tablet ini tanpa membayar, dengan tidak munculnya kepercayaan-kepercayaan tradisional/turun menurun sehingga tidak mengakibatkan ibu hamil tidak mengkonsumsi tablet besi ini.[10]

Dalam sebuah penelitian pada wanita usia subur yang dimana terdapat tiga kelompok perlakuan dengan pemberian suplemen yaitu suplemen besi folat yang berisi Ferrous sulfat 200 mg yang setara dengan zat besi elemental 60 mg dan asam folat 400 μg. Yang diberikan tiga kali per minggu selama 2,5 bulan (10 minggu). Dan seminggu sebelum dimulai suplementasi, dilakukan pemberian obat cacing untuk mnghilangkan pengaruh infestasi cacing dan uji laju endap darah (LED) untuk mengetahui kemungkinan adanya infeksi (radang). Selain itu, dilakukan penilaian status gizi antropometri.[11]



  1. Penanggulangan dan pencegahan anemia pada ibu hamil

Kebutuhan zat gizi besi selama hamil diperhitungkan untuk hemaglobin 500 mg, janin 290 mg, plasenta 25 mg dan basal loses yang diperhitungkan sama dengan kebutuhan pada saat sebelum hamil sebesar 220 mg. Jadi kebutuhan zat besi selama ibu hamil adalah 1035 mg. Sedang Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia adalah kecukupan zat besi pada kondisi normal (sebelum hamil) 26 mg/hari ditambah 9 mg pada umur khamilan trisemester II dan 13 mg pada umur kehamilan trisemester III.[12]

Upaya pencegahan anemia gizi besi adalah dengan penatalaksanaan konsumsi zat besi, energi dan protein pada ibu hamil. Oleh karena itupenatalaksanaan konsumsi diatur makan lebih banyak dari biasanya, atau volumenya sama seperti biasanya tetapi frekuensinya ditambah atau menjadi lebih sering yaitu biasanya tiga kali sehari menjadi empat kali sehari. Pencegahan lainnya juga dapat dilakukan dengan deteksi dini untuk mengetahui adanya indikasi anemia gizi besi dengan mlakukan pemeriksaan kadar Hb darah pada jadwal yang ditentukan baik pada bidan desa maupun pada saat pemeriksaan di puskesmas. Dan juga dengan mengkonsumsi tablet tambah darah yang diberikan selama sekitar 3 bulan yang dimana hal ini dimaksudkan untuk pencegahan dan cadangan pada saat melahirkan. Sehingga kemungkinan terjadinya perdarahan pada saat melahirkan dapat dicegah lebih dini.[13]





















BAB III

PENUTUP



Kesimpulan

  1. Terdapat dua jenis zat gizi yang dibutuhkan bagi ibu hamil yaitu zat gizi makro yang terdiri dari energi, protein, lemak,karbohidrat dan juga zat gizi mikro yang terdiri dari kalsium, fosfor dan vitamin D, Fe (zat besi), yodium, zink, magnesium (mg), mangan (Mn), Asama folat, vitamin E, vitamin A, vitamin K, vitamin C dan vitamin B.
  2. Penyebab terjadinya anemia adalah konsumsi makanan yang kurang (jumlah dan mutu) dan penyakit infeksi. Konsumsi makanan yang kurang dan penyakit infeksi tersebut juga dikenal sebagai penyebab primer. Sedangkan konsumsi makanan yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor (penyebab sekunder) seperti ketersediaan zat gizi dalam makanan memang kurang, daya beli atau tingkat pndapatan yang rendah sehingga tidak mampu untuk membeli bahan makanan, serta kebiasaan makanan yang kurang baik.konsumsi makanan yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor
  3. Dampak yang dihasilkan bila ibu mengalami anemia adalah tergambar pada dampaknya meningkatkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), menurunkan prestasi belajar anak sekolah serta menurunnya produktivitas para pekerja yitu 10-20%.
  4. Kecukupan zat besi pada kondisi normal (sebelum hamil) 26 mg/hari ditambah 9 mg pada umur khamilan trisemester II dan 13 mg pada umur kehamilan trisemester III.
  5. Upaya pencegahan anemia gizi besi adalah dengan penatalaksanaan konsumsi zat besi, energi dan protein pada ibu hamil, deteksi dini untuk mengetahui adanya indikasi anemia gizi besi dengan melakukan pemeriksaan kadar Hb darah pada jadwal yang ditentukan, mengkonsumsi tablet tambah darah yang diberikan selama sekitar 3 bulan.



DAFTAR PUSTAKA

[1] Agustin Tri dan Hermania Humune, Kejadian Kurang Energi Kronis Pada Ibu Hamil Berdasarkan Umur, Paritas dan Pendidikan, Akademi kebidanan Griya Husada

2Agil Trisnasiwi dkk., Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Makrosomia dengan Pola Nutrisi Selama Hamil, Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 3 No.2 Edisi Desember 2012

3 Yakwitoro Indriani, Peningkatan Status Besi dan Kebugaran Fisik Pekerja Wanita Usia Subur, Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6 (3): 178-185

4Merryana Adriani, 2012, Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan, Kencana, Jakarta, hal. 22

5 I Made Purnadhibrata, Upaya Pencegahan Anemi Gizi Besi Pada Ibu Hamil, Jurnal Ilmu Gizi, Vol. 2 No. 2, Agustus 2011 118-124

6 Luh Ade, dkk. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Ibu Mengonsumsi Tablet Besi-Folat Selama Kehamilan, Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2013, 8 (1): 63-70 ISSN 1978-1059



[1] Tri, Agustin dan Humune, Hermania, Kejadian Kurang Energi Kronis Pada Ibu Hamil Berdasarkan Umur, Paritas dan Pendidikan, Akademi kebidanan Griya Husada
[2] Trisnasiwi, Agil, dkk., Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Makrosomia dengan Pola Nutrisi Selama Hamil, Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 3 No.2 Edisi Desember 2012
[3] Trinasiwi, Agil dkk., Ibid.
[4] Indriani, Yakwitoro, Peningkatan Status Besi dan Kebugaran Fisik Pekerja Wanita Usia Subur, Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6 (3): 178-185
[5] Adriani, Merryana, 2012, Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan, Kencana, Jakarta, hal. 22
[6] Purnadhibrata, IM, Upaya Pencegahan Anemi Gizi Besi Pada Ibu Hamil, Jurnal Ilmu Gizi, Vol. 2 No. 2, Agustus 2011 118-124
[7] Ade, Luh dkk. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Ibu Mengonsumsi Tablet Besi-Folat Selama Kehamilan, Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2013, 8 (1): 63-70 ISSN 1978-1059
[8] Purnadhibrata, IM, Loc. Cit
[9] Ade, Luh dkk. Loc. Cit
[10] Indriani, Yaktiworo dkk., Loc. Cit
[11] Indriani, Yaktiworo dkk., Ibid.
[12] Purnadhibrata, IM, Loc. Cit
[13] Purnadhibrata, IM, Ibid.

No comments:

Post a Comment