Monday 19 January 2015

Penyempurnaan yang Dinantikan



Oleh: Yulian Catur Rini
Mahasiswi Prodi Farmasi Universitas Darussalam Gontor
Pendidikan adalah sesuatu hal yang sangat berharga bagi setiap manusia karena sebuah pendidikan yang didapat akan menjadi pemikiran dan pemikiran itulah yang akan menjadi pandangan hidup setiap individu dalam menghadapi dunia sekitarnya. Pendidikan yang terbaik itu sendiri bermula dari rumah, terutama adalah dari seorang ibu. Karena dalam kodratnya ibulah orang tua yang memiliki intensitas pertemuan dengan anaknya lebih banyak bila dibandingkan dengan seorang ayah yang lebih disibukkan oleh urusan pekerjaan untuk menafkahi keluarga. Lalu bagaimana bila dengan bertambahnya umur tiap anak semua harus berkembang melalui pendidikan di luar rumah seperti sekolah?
Dunia pendidikan Indonesia hingga kini masih kalang kabut mencari-cari cara yang tepat dalam pemberian pendidikan tepat dan efektif terhadap para penerus bangsa ini. Salah satu usaha yang selalu digunakan pemerintah adalah dengan menggunakan sistem yang bernama ‘kurikulum’ dimana kurikulum ini masih selalu berganti dengan seiring bergantinya Mentri Pendidikan Indonesia. Dan akhirnya berakibat pada belum terpecahkannya sistem bernama ‘kurikulum’ yang ideal dan cocok terhadap zaman yang tiap harinya berkembang.
Saat pemerintah masih kalang kabut dengan bagaimana kurikulum yang ideal dan cocok. Gontor malah telah lebih dahulu menemukan gaya pendidikan yang tak lekang oleh zaman yaitu pendidikan karakter atau character building. Dimana kedisplinan adalah kunci dari segala pintu kesuksesan yang kita inginkan. Pendidikan kedisplinan yang berada di garis depan disertai dengan keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwah islamiyah dan kebebasan dimana kelimanya itu tertuang dalam  semangat Panca Jiwa Pondok Modern. Dengan segala kunci yang diberikan terhadap para mujahidah agama ini sehingga telah banyak terlahir para generasi yang cemerlang disertai dengan mentalitas, moral, dan karakter yang matang serta akhlaq yang mulia.
Dengan berbekal pendidikan karakter yang telah dijalankan itu. Maka betapa lengkapnya bila islamisasi ilmu pengetahuanpun juga diikut sertakan dalam gaya pendidikan ala Gontory ini. Beberapa alasan keharusan adanya islamisasi ilmu pengetahuan di bumi ini pada umumnya dan di jenjang sekolah Kulliyatul Mu’alimin Al-islamiyah atau KMI yang setara dengan Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Umum pada khususnya adalah dengan adanya perkembangan zaman yang dimana kebanyakan orang islam malah terbawa arus atau cenderung sebagai follower oleh zaman yang semakin tak berarah dikarenakan ilmu yang kurang memadahi serta dasar agama yang kurang mantap dimana sekolah harus berperan aktif dalam pengenalannya agar meciptakan generasi emas untuk kelanjutan bangsa. Seperti ungkapan Dryden Gordon dan Jennete Voh dalam bukunya Revolusi Cara Belajar, halaman 23 – 29 adalah
Tipe kecerdasan itu tidak hanya satu, setiap orang memiliki gaya belajar yang unik, sama halnya dengan sidik jari. Sekolah yang efektif harus dapat mengenali dan melayaninya
Bahayanya ilmu khususnya ilmu pengetahuan tanpa dasar agama akan mengakibatkan kesombongan dalam diri manusia karena merasa lebih dengan apa yang dapat ia pikirkan dan kerjakan. Seiring cepatnya perubahan zaman yang terjadi, ilmu-ilmu yang ditemukan oleh manusiapun berkembang dengan cepat bak air yang mengalir kelautan. Tak ayal terkadang terdapat pendapat yang melenceng dari tuntunan agama. Contoh sebagian kecil dari penelitian mereka yang tak masuk akal adalah Program yang dimulai tahun 1950an hingga dihentikan pada tahun 1973. CIA melakukan eksperimen pengendalian pikiran atau "Rekayasa Perilaku Manusia" lewat divisi Scientific Intelligent milik CIA. Mereka ingin mengendalikan otak manusia yang dimana Allahlah yang paling berhak dalam hal tersebut. Miris sebenarnya hingga tercetus ide yang tak masuk akal dari barisan para ilmuan yang memiliki tingkat intelektualitas tinggi. Ini adalah salah satu akibat yang ditimbulkan karena ilmu yang tak dilandasi dengan agama. Hingga sesuatu yang tak masuk akalpun bagi mereka menjadi masuk akal. Bila mereka orang-orang yang tak beriman masih berusaha dengan pemikiran-pemikiran mereka yang men’Tuhan’kan akal pikiran mereka. Lalu kenapa umat islam tidak juga berusaha untuk menggunakan ilmu mereka dengan berlandaskan agama yang mereka yakini selama ini?.
Dengan adanya gerakan islamisasi ilmu pengetahuan sedini mungkin terhadap generasi penerus bangsa. Dapat memberikan dasar yang kuat terhadap mereka agar siap menghadapi tuntutan zaman dengan tetap berpedoman kepada Al-qur’an dan hadist tanpa adanya keraguan yang tercipta dikemudian hari. Sehingga segala sesuatu yang ditemukan dalam ilmu pengetahuan yang didapatnya juga dapat dikatakan dengan ilmu agama yang telah tertanam didalam dirinya dengan mengutip ayat al-qur’an ataupun hadist.
Disamping alasan tersebut, seiring telah bertransformasinya Institut Studi Islam Darussalam (ISID) menjadi Universitas Darussalam Gontor (UNIDA Gontor) yang membawa misi “Islamisasi ilmu pengetahuan” dengan harapan dapat berkecimpung di kancah Internasional maka pengislaman ilmu pengetahuan ditingkat KMIpun menjadi salah satu faktor pendukung terwujudnya misi dan harapan UNIDA Gontor, yang dimana hal tersebut memang telah dicita-citakan sejak lama oleh para Pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor.
Sejalan dengan hal tersebut UNIDA Gontor telah menjadi harapan banyak pihak yang senantiasa selalu mendukung segala pergerakan yang dilakukannya. Hingga pihak yang berharap itupun berpendapat ‘jikalau’ misi yang dibawa tak berjalankan bukankah lebih baik UNIDA Gontor tak berdiri bila UNIDA Gontor berdiri namun sama seperti Universitas yang lain?
Maka dari itu perealisasian misi UNIDA Gontor  harus terlaksanakan terlebih dahulu dijenjang pendidikan yang notabene telah memiliki pondasi yang kuat entah dari segi dukungan maupun sumber daya manusianya. Dan semoga kita selalu diridhoi Allah dengan segala apa yang kita lakukan dan perjuangkan. Amiin




0 comments:

Post a Comment

Monday 19 January 2015

Penyempurnaan yang Dinantikan



Oleh: Yulian Catur Rini
Mahasiswi Prodi Farmasi Universitas Darussalam Gontor
Pendidikan adalah sesuatu hal yang sangat berharga bagi setiap manusia karena sebuah pendidikan yang didapat akan menjadi pemikiran dan pemikiran itulah yang akan menjadi pandangan hidup setiap individu dalam menghadapi dunia sekitarnya. Pendidikan yang terbaik itu sendiri bermula dari rumah, terutama adalah dari seorang ibu. Karena dalam kodratnya ibulah orang tua yang memiliki intensitas pertemuan dengan anaknya lebih banyak bila dibandingkan dengan seorang ayah yang lebih disibukkan oleh urusan pekerjaan untuk menafkahi keluarga. Lalu bagaimana bila dengan bertambahnya umur tiap anak semua harus berkembang melalui pendidikan di luar rumah seperti sekolah?
Dunia pendidikan Indonesia hingga kini masih kalang kabut mencari-cari cara yang tepat dalam pemberian pendidikan tepat dan efektif terhadap para penerus bangsa ini. Salah satu usaha yang selalu digunakan pemerintah adalah dengan menggunakan sistem yang bernama ‘kurikulum’ dimana kurikulum ini masih selalu berganti dengan seiring bergantinya Mentri Pendidikan Indonesia. Dan akhirnya berakibat pada belum terpecahkannya sistem bernama ‘kurikulum’ yang ideal dan cocok terhadap zaman yang tiap harinya berkembang.
Saat pemerintah masih kalang kabut dengan bagaimana kurikulum yang ideal dan cocok. Gontor malah telah lebih dahulu menemukan gaya pendidikan yang tak lekang oleh zaman yaitu pendidikan karakter atau character building. Dimana kedisplinan adalah kunci dari segala pintu kesuksesan yang kita inginkan. Pendidikan kedisplinan yang berada di garis depan disertai dengan keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwah islamiyah dan kebebasan dimana kelimanya itu tertuang dalam  semangat Panca Jiwa Pondok Modern. Dengan segala kunci yang diberikan terhadap para mujahidah agama ini sehingga telah banyak terlahir para generasi yang cemerlang disertai dengan mentalitas, moral, dan karakter yang matang serta akhlaq yang mulia.
Dengan berbekal pendidikan karakter yang telah dijalankan itu. Maka betapa lengkapnya bila islamisasi ilmu pengetahuanpun juga diikut sertakan dalam gaya pendidikan ala Gontory ini. Beberapa alasan keharusan adanya islamisasi ilmu pengetahuan di bumi ini pada umumnya dan di jenjang sekolah Kulliyatul Mu’alimin Al-islamiyah atau KMI yang setara dengan Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Umum pada khususnya adalah dengan adanya perkembangan zaman yang dimana kebanyakan orang islam malah terbawa arus atau cenderung sebagai follower oleh zaman yang semakin tak berarah dikarenakan ilmu yang kurang memadahi serta dasar agama yang kurang mantap dimana sekolah harus berperan aktif dalam pengenalannya agar meciptakan generasi emas untuk kelanjutan bangsa. Seperti ungkapan Dryden Gordon dan Jennete Voh dalam bukunya Revolusi Cara Belajar, halaman 23 – 29 adalah
Tipe kecerdasan itu tidak hanya satu, setiap orang memiliki gaya belajar yang unik, sama halnya dengan sidik jari. Sekolah yang efektif harus dapat mengenali dan melayaninya
Bahayanya ilmu khususnya ilmu pengetahuan tanpa dasar agama akan mengakibatkan kesombongan dalam diri manusia karena merasa lebih dengan apa yang dapat ia pikirkan dan kerjakan. Seiring cepatnya perubahan zaman yang terjadi, ilmu-ilmu yang ditemukan oleh manusiapun berkembang dengan cepat bak air yang mengalir kelautan. Tak ayal terkadang terdapat pendapat yang melenceng dari tuntunan agama. Contoh sebagian kecil dari penelitian mereka yang tak masuk akal adalah Program yang dimulai tahun 1950an hingga dihentikan pada tahun 1973. CIA melakukan eksperimen pengendalian pikiran atau "Rekayasa Perilaku Manusia" lewat divisi Scientific Intelligent milik CIA. Mereka ingin mengendalikan otak manusia yang dimana Allahlah yang paling berhak dalam hal tersebut. Miris sebenarnya hingga tercetus ide yang tak masuk akal dari barisan para ilmuan yang memiliki tingkat intelektualitas tinggi. Ini adalah salah satu akibat yang ditimbulkan karena ilmu yang tak dilandasi dengan agama. Hingga sesuatu yang tak masuk akalpun bagi mereka menjadi masuk akal. Bila mereka orang-orang yang tak beriman masih berusaha dengan pemikiran-pemikiran mereka yang men’Tuhan’kan akal pikiran mereka. Lalu kenapa umat islam tidak juga berusaha untuk menggunakan ilmu mereka dengan berlandaskan agama yang mereka yakini selama ini?.
Dengan adanya gerakan islamisasi ilmu pengetahuan sedini mungkin terhadap generasi penerus bangsa. Dapat memberikan dasar yang kuat terhadap mereka agar siap menghadapi tuntutan zaman dengan tetap berpedoman kepada Al-qur’an dan hadist tanpa adanya keraguan yang tercipta dikemudian hari. Sehingga segala sesuatu yang ditemukan dalam ilmu pengetahuan yang didapatnya juga dapat dikatakan dengan ilmu agama yang telah tertanam didalam dirinya dengan mengutip ayat al-qur’an ataupun hadist.
Disamping alasan tersebut, seiring telah bertransformasinya Institut Studi Islam Darussalam (ISID) menjadi Universitas Darussalam Gontor (UNIDA Gontor) yang membawa misi “Islamisasi ilmu pengetahuan” dengan harapan dapat berkecimpung di kancah Internasional maka pengislaman ilmu pengetahuan ditingkat KMIpun menjadi salah satu faktor pendukung terwujudnya misi dan harapan UNIDA Gontor, yang dimana hal tersebut memang telah dicita-citakan sejak lama oleh para Pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor.
Sejalan dengan hal tersebut UNIDA Gontor telah menjadi harapan banyak pihak yang senantiasa selalu mendukung segala pergerakan yang dilakukannya. Hingga pihak yang berharap itupun berpendapat ‘jikalau’ misi yang dibawa tak berjalankan bukankah lebih baik UNIDA Gontor tak berdiri bila UNIDA Gontor berdiri namun sama seperti Universitas yang lain?
Maka dari itu perealisasian misi UNIDA Gontor  harus terlaksanakan terlebih dahulu dijenjang pendidikan yang notabene telah memiliki pondasi yang kuat entah dari segi dukungan maupun sumber daya manusianya. Dan semoga kita selalu diridhoi Allah dengan segala apa yang kita lakukan dan perjuangkan. Amiin




No comments:

Post a Comment